Suara gamelan kian menggema. Seperangkat alat musik yang terdiri dari saron, bonang, rebab, gendang, gong dan alat musik lain ikut mengiringi pertunjukan wayang kulit. Pertunjukkan ini gratis dan ditujukan bagi masyarakat umum. Ayra tampak girang duduk diantara kerumunan orang yang telah memadati tempat acara. Ayra merasa agak sedih karena Aretha, sahabatnya tidak bisa ikut bersamanya dikarenakan Aretha tengah mengadakan kumpul keluarga. Semua keluarga besarnya berkumpul di rumahnya, menjaga tali silaturahmi katanya. Ayra hanya dapat pergi bersama El. Awalnya El mengajak Galih juga tapi dia tidak tertarik. Ayra meloncat girang dalam hati karena dapat pergi berdua dengan El.
Prok! Prok! Prok!
Riuh tepuk tangan menggema dibawah langit malam sebagai wujud apresiasi bagi si dalang. Cerita Ramayana masih saja menjadi primadona, cerita yang akan terus sampaikan tanpa bosan pada semua orang. Kali ini cerita Ramayana disajikan sedikit berbeda, dilakukan modifikasi pada beberapa bagian serta ditambahkan beberapa adegan lucu agar penonton tidak merasa bosan tanpa meninggalkan cerita aslinya. El mengajak Ayra untuk beranjak dari sana. Ayra tidak berkenan pada awalnya tapi akhirnya ia mengikuti langkah El yang membawanya ke sebuah bangunan kecil berbahan kayu berornamen agama Hindu yang berhadapan langsung ke danau. Latar tempat yang dipilih untuk mengadakan pertunjukan wayang sangat bangus. Di sediakan panggung kecil untuk si dalang sedangkan penonton duduk lesehan dengan ambal yang menjadi alasnya.
"Mau ngapain kak? Acaranya belum selesai kan?" tanya Ayra saat sampai di tempat yang dituju El.
"Udah gak papa, itu hanya pertujukan tambahannya sedangkan pertunjukan utamanya sudah selesai kan?"
"Iya sih, kakak mau membicarakan hal penting?" tanya Ayra lagi.
El tidak menjawab pertanyaan Ayra, dia malah mengambil napas dalam beberapa kali. Ayra mengerutkan kening, tidak bisa menebak El akan melakukan apa. Sikap dan sifat El kadang tidak terduga, Ayra bahkan tidak mengerti maksudnya tapi Ayra suka dengan El? Memang cinta berkerja melalui hati, apa-apa yang dilihat dengan mata begitu berbeda jika hati yang melakukannya.
"Kenapa sih kak?" tanya Ayra lagi yang sudah bosan menunggu El selesai dengan aktivitasnya, ini yang keenam kalinya El menarik napas dalam.
"Ya ampun Ray, sabar napa. Aku lagi siap-siap tau," jawab El membenarkan posisinya.
"Ray, menurutmu aku gimana?" tanya El membalikkan badannya yang semula menghadap danau kini menghadap Ayra.
"Gimana apa kak? Kenapa tiba-tiba nanya hal itu?" balas Ayra dengan tatapan bingung.
"Jawab aja Ray, nanti aku kasi tahu alasannya apa."
"Oke, aku harus jujur, bohong atau jujur-bohong?"
"Jangan bohong lah, aku mau kamu jawab jujur!"