Hujan dan Kenangan

Kaia Sari
Chapter #23

Ancaman

"Mai, aku mau ngomong sesuatu samamu. Aku suka samamu."

"Apa? Jangan bercanda kau Pras."

"Aku gak bercanda Mai, aku serius," jawab Prasasti yakin. 

"Maaf Pras, aku gak punya perasaan lebih dari teman padamu. Terlebih lagi aku udah punya orang yang aku suka."

"Apa orangnya yang kemarin itu? Saat di taman Kamboja?"

"Iya Pras, aku suka dia. Maaf ya, aku pulang dulu." Ayra berbalik meninggalkan Prasasti di rumah pohon. 

"Mai, kau ingat gak sama kata-katamu sewaktu kita masih kecil? Saat aku ingin pindah ke luar kota? Aku masih ingat, kau bilang kalau kau gak ingin aku pergi, kau ingin selalu berada di sampingku. Bahkan saat kita dewasa, kau juga ingin kita selalu bersama. Aku meminta janjimu itu Mai. Sejak saat itu kau sudah jadi milikku. Jadi, tidak boleh ada seorang pun yang mengambilmu dariku!"

"Ya, aku memang pernah berkata seperti itu. Tapi Pras, itu hanya janji anak kecil yang diucapkan tanpa tahu makna yang sebenarnya. Terlebih lagi, aku bukan milikmu! Kau gak berhak atas aku, terserah aku mau suka sama siapa. Itu bukan urusanmu!" tegas Ayra pergi tetapi langkahnya terhenti sejenak saat Prasasti mengucapkan kata-kata. 

"Oke, berarti kau minta cara kasar. Aku ingatkan padamu Mai, jauhi cowok itu jika tidak kau akan menyesal," ancam Prasasti dengan tatapan tajam. 

"Kau mengancamku? Silakan, aku gak takut!" seru Ayra berlalu meninggalkan Prasasti dengan emosi yang memuncak. 

Seminggu telah berlalu sejak Ayra dan El saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Namun belum apa-apa, masalah sudah datang. Ayra tidak menyangka bahwa Prasasti dapat berubah sedrastis itu. Ayra merasa bahwa sosok Prasasti yang ditemuinya di rumah pohon kemarin adalah orang yang berbeda, tidak seperti Prasasti yang dulu dia kenal. Ayra tidak ingin memikirkan kata-kata Prasasti, tapi ia merasa agak takut dengan tatapan tajam Prasasti kemarin. Jika Prasasti tidak main-main, baik dirinya atau El akan terancam bahaya. 

"Ray, kamu kenapa bengong?" tanya El membuyarkan lamunan Ayra. 

"Ohh...enggak kok Kak," jawab Ayra tertawa hambar. 

"Jangan bohong! Kamu gak berbakat untuk melakukan itu."

Lihat selengkapnya