Ayra mengaduk minumannya dengan malas. Ia menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan. Ayra malas duduk berdua dengan Prasasti tapi apa boleh buat, dia harus melakukannya. Dalam lubuk hati yang paling dalam, Ayra merindukan El, ia ingin seseorang yang ada di hadapannya saat ini adalah El bukan Prasasti. Ayra melihat siluet seseorang yang menghalangi cahaya mataharinya. Ayra menoleh, ia membulatkan mata saat melihat seseorang yang dihadapannya adalah El. Seseorang yang sangat diharapkannya saat ini namun ia tidak ingin bertemu dengan El saat dirinya bersama Prasasti. El terlihat sangat kecewa, terlihat jelas dari sorot matanya. Ayra bangkit dari tempat duduknya.
"Kak El ngapain di sini?" Satu kalimat yang dapat terlontar dari mulutnya.
"Aku pernah bilang kan samamu kalau aku gak akan pernah percaya sampai aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri? Aku mencoba menghilangkan pikiran-pikiran aneh yang muncul dalam kepalaku, aku percaya padamu sepenuhnya. Tapi sekarang aku mengerti, kamu tidak perlu berkata apa-apa lagi. Apa yang aku lihat sekarang menjawab semua pertanyaan yang memenuhi pikiranku. Selamat ya Ay, aku harap kamu bahagia dengan dia. Mungkin aku bukan seseorang yang ditakdirkan untukmu," cetus El berlalu meninggalkan Ayra.
"Kak El tunggu!" pekik Ayra ingin menyusul El tapi lengannya ditarik Prasasti agar Ayra mengurungkan niatnya.
"Apa sih? Lepas gak!" berontak Ayra melepaskan cengkraman Prasasti.
"Kau harus ingat sama janjimu Mai, kau harus jauhi El!"
"Arghhhh....aku gak peduli sama hal itu!" cetus Ayra berlari meninggalkan Prasasti dengan amarah yang siap meledak.
Ayra berlari mengejar El yang sudah jauh. Ia berteriak memanggil nama El tapi El tak kunjung menghentikan langkah kakinya. Ayra berlari sekuat yang dia bisa sampai dia dapat menghadang El.
"Ngapain? Ditungguin loh di sana, balik gih," seru El menyuruh Ayra kembali.
"Gak Kak! Aku mau menjelaskan sesuatu sama Kakak, aku gak ada hubungan apa-apa sama Prasa."
"Aku sudah tidak peduli Ay. Aku tanya satu hal sama kamu, kenapa kamu menghindari aku hampir sebulan ini?"
"Kenapa? Gak bisa jawab? Kalau kamu gak bisa mengucapkan kata-kata, jangan harap aku akan mendengarkan penjelasanmu," tambah El semakin membuat Ayra tidak dapat berkutik.
"Bukan gitu Kak, aku gak bisa menjelaskan sekarang. Saat waktunya tiba aku akan menceritakan semuanya sama Kakak, aku harap Kakak jangan salah paham."
"Kapan waktunya tiba?"
"Aku juga gak tahu kak, tapi hari itu pasti akan datang."