"Ray, ayo kita pergi dari sini," ucap El menarik tangan Ayra.
"Stop! Siapa bilang kalian boleh pergi dari sini?" cetus Prasasti menepuk pundak El.
El menghiraukan Prasasti begitu saja, ia tetap menarik Ayra keluar dari gudang itu karena Ayra tampak benar-benar kacau. Wajahnya sangat pucat, dia kedinginan semalaman. El memberikan jaketnya pada Ayra dan langsung mengenakannya. Ayra dan El berlalu meninggalkan Prasasti. Prasasti memblokade pintu keluar, El menyuruhnya mengindar dari sana tapi Prasasti memasang tampang tidak senang.
"Minggir!" perintah El untuk kesekian kalinya.
Prasasti bergeming, ia masih menetap di sana tanpa memperdulikan perintah El yang memintanya menyingkir dari pintu.
"Aku tidak ingin membawa masalah ini ke polisi tapi jika kau menghalangi kami untuk pergi, aku akan melaporkan hal ini ke polisi dan akan ku pastikan kau mendekam di penjara dalam waktu yang lama!" cetus El emosi.
"Aku tidak peduli. Aku akan menyingkir jika kau yang pergi dari sini," balas Prasasti sinis.
"Ayra tidak pantas berada di sini. Dia harus pergi, ada keluarga yang mengkhawatirkan dirinya!"
"Kau tidak perlu khawatir. Aku tau siapa keluarga Maira, aku lebih mengenal dia dari siapapun, dari kau tentunya!" tegas Prasasti menunjuk El.
"Ya, ya, kau teman masa kecilnya kan? Aku tahu akan hal itu, tapi aku benar-benar tidak peduli akan hal itu!"
"Yakin tidak peduli? Maira adalah orang yang paling penting dalam hidupku, dia milikku sekarang. Bukan begitu Mai?" seru Prasasti menoleh pada Ayra.
"Benar begitu Ay?" kali ini giliran El yang menoleh pada Ayra, meminta penjelasan.
"B...bukan Kak! Kakak tahu kan aku sayangnya sama siapa?"
"Terserah Ay, aku tidak peduli kalian berdua ada hubungan apa. Aku hanya ingin menyelamatkanmu segera, keluargamu khawatir," cetus El menuntun Ayra keluar tapi Prasasti tanpa berkata apapun melayangkan tinju keras sehingga El tersungkur di lantai.
"Kak," khawatir Ayra membantu El berdiri tapi dengan cepat Prasasti menepis tangan Ayra.