Ayra terpaku saat melihat El yang tengah duduk menonton TV, dia terlihat serius mengamati setiap tokoh yang ada dalam kartun tersebut. Ayra menarik napas dalam, ia ragu saat melihat El yang ada di depan matanya. Awalnya ia begitu yakin dan senang karena sebentar lagi akan bertemu dengan El tapi nyatanya, Ayra sama sekali tidak memliki keberanian untuk bertemu dengan El mengingat apa yang akan didapatnya nanti. El entah akan melakukan apa, yang pasti El akan marah padanya.
"Ayra, kenapa berdiri di situ?" ucapan El membuyarkan lamunannya.
"Hah...gak papa Kak, aku gak mau mengganggu Kakak," jawab Ayra singkat.
"Sini." El memanggil Ayra dengan isyarat tangan.
Ayra ragu namun tetap menuruti El. Ayra mendekat, duduk di kursi samping ranjang.
"Kenapa Kak?" tanya Ayra ragu.
"Kamu gak kenapa-kenapa kan?"
"Hah....gak salah Kak? Seharusnya aku yang nanya kaya gitu ke Kakak," cetus Ayra heran terhadap El yang bertanya apakah dirinya baik-baik saja atau tidak.
"Gak salah kok. Aku bertanya karena khawatir, kamu terlihat lebih kurus sejak terakhir kali aku melihatmu."
"Kakak tahu hanya melihat sekilas?"
"Jelas tau, siapa yang tidak bisa melihatnya coba?"
Ayra merasa terharu karena El dapat melihatnya yang agak kurusan hanya dengan melihat sekilas? Ayra berhambur dalam pelukan El, rasa rindu yang menggerogoti akhirnya dapat terobati.
"Aduhh...," ringis El saat Ayra memeluknya erat.
Ayra segera melepaskan pelukannya. "Aduh, maaf ya Kak. Pasti sakit ya?"
"Iyalah sakit, lagipula kamu kenapa meluk kaya gitu? Terlampau erat juga dan bukan mahram," ucap El memperingatkan Ayra atas tindakannya.
"Hah...aku cuma khawatir dan terharu aja, makanya tanpa sadar aku meluk Kak El! Bukan berarti aku sengaja loh Kak," ucap Ayra membela diri atas tindakannya.
El tidak menanggapi ucapan Ayra. Dia hanya diam mengamati Ayra yang membuatnya menjadi salah tingkah. Ayra malu sekaligus takut jika El marah besar padanya. Ayra menundukkan pandangan, mereka diam satu sama lain. Ayra merasa aneh dengan keadaan canggung seperti ini.
"Hmm....kalau mau marah ya marah aja Kak, jangan diam aja dong, aku jadi aneh." Ayra memberanikan diri membuka suara.
"Siapa yang marah?" balas El yang membuat Ayra mengangkat kepalanya.