"Ayra bangun! Kamu mau telat datang ke sekolah di hari penting begini?" Tiara berteriak membangunkan anaknya yang masih ogah-ogahan di tempat tidur.
"Hari penting apa sih Mak?" tanya Ayra mengucek matanya.
"Hari perpisahan sekolah! Kamu gak ingat?"
Ayra mengerjap beberapa kali setelah mendengar ucapan Maknya. Sedetik kemudian, ia langsung berhambur mengambil handuk dan berlari menuju kamar mandi.
****
Ayra berjalan memasuki kawasan sekolah dengan jantung yang berdetak tidak karuan. Ia merasa tidak nyaman dengan kebaya yang dikenakan dan riasan yang menempel di wajahnya. Sejak dari rumah, ia terus saja memeriksa dirinya di depan cermin. Abah sampai lelah melihat putri sulungnya itu.
"Ayra...." teriakan seseorang sukses membuat Ayra menoleh.
"Kau cantik banget Ay, aku sampai pangling lihatnya," cetus Aretha girang.
"Aku aneh gak?"
"Aneh apaan? Di bilang cantik juga. Udah yuk masuk, acaranya sebentar lagi dimulai," ajak Aretha menggandeng lengan Ayra.
Ayra mengikuti langkah Aretha ogah-ogahan. Ia masih merasa tidak nyaman akan kebaya yang dikenakannya. Ia merasa risih sekaligus gatal mendapati kebaya yang melekat di tubuhnya.
"Kau kenapa sih Ay, kaya gak semangat gitu?" tanya Aretha menyadari sahabatnya sedari tadi hanya bungkam.
"Aku risih Re, gak biasa pakai kebaya dan hak tinggi," jawab Ayra singkat.
"Santai aja Ay, itu karena kau belum terbiasa. Lagipula masih banyak yang pakai hak tinggi melebihi punyamu. Yang kau pakai itu yang paling cetek kali Ay. Aku rasa ada yang pakai sampai beberapa meter."
"Beberapa meter? Beberapa cm kali?"
"Hah...iya itu, beberapa cm. Tapi sayang banget Ay, kita gak bisa ajak Bang Raka atau El."
"Ini kan acara kita, masa ajak mereka?"
"Iya sih kau benar Ay. Gak terasa ya kalau kita sudah lulus, rasanya baru kemarin kita masuk SMA," cetus Aretha menatap jauh kepala sekolah yang tengah memberi kata-kata sambutannya.
"Iya Re, kita sudah lulus bukan berarti langkah kita berhenti di sini. Justru ini adalah awal bagi kita untuk menghadapi kehidupan yang sesungguhnya. Setelah ini kau mau lanjut kuliah atau kerja Re?"
"Aku sih mau kerja terlebih dahulu. Setelah itu baru diputuskan apakah aku lanjut kuliah atau tetap bekerja. Kalau kau gimana Ay?"
"Sepertinya aku mau lanjut kuliah tapi belum tahu mau ambil jurusan apa. Aneh gak sih di saat begini masih belum tahu langkah kita mau kemana?"
"Gak aneh juga sih Ay. Pikirkan baik-baik Ay, jangan sampai kau menyesal nantinya karena masa depanmu dipertaruhkan," jelas Aretha yang dibalas anggukan mengerti dari Ayra.
Tring! Tring!
Ayra mendapatkan notifikasi, ia segera meraih ponselnya dari dalam tas. Tertulis nama LMNOP di sana.