Air setetes demi setetes turun membasahi bumi, turun dengan laju cepat kesetiap sudut. Dari sebuah istana besar seorang gadis kecil sedang duduk diatas singgasananya di samping sang Ayah yg sedang memperhatikan sebuah monitor besar mirip seperti teropong.
"Ayah apakah aku seorang dewi hujan yg baik? " Tanya sang anak pada Ayahnya.
"Tentu saja kau adalah seorang dewi hujan yg baik. Sangat baik" Jawab sang Ayah sambil membelai lembut rambut putri kecil nya.
"Ta.. Tapi mengapa pria kecil dibawah sana menangis? " Mata gadis itu menatap pria kecil yg sedang menangis dibawah pohon rindang. Menerawang melalui monitor milik Ayahnya.
"Mungkin dia sedang ada masalah. Mau kah kau membantu nya? " Ucap sang Ayah.
"Benarkah aku boleh kesana? Tentu saja aku mau! " Dengan gembira sang gadis menjawabnya. "Tapi, Ayah tak ikut? " Tanya nya lagi.
"Ayah masih banyak tugas disini. Kau saja yg pergi ya. " Ucap sang Ayah memberi pengertian pada putri nya.
Dengan ragu gadis itu melangkahkan kaki nya menuju sebuah pintu. Sebuah pintu putih di ujung lorong yg dipenuhi dengan kabut lebat, pintu tiga dimensi yg menghubungkan dunianya ke dunia manusia. Dengan langkah ragu, gadis itu melangkahkan kaki nya memasuki dunia yg berbeda, di iringi dengan tutupan matanya.
Ketika matanya di buka gadis itu sudah ada tepat disebrang jalan dimana pria itu berada, sambil berlari kecil gadis itu menghampiri pria yg sedang menangis di sebrang sana.
"Ha.. halo." Sapa gadis itu ragu. Kini keduanya saling berhadapan.
"Si.. Siapa kau? " Tanya pria itu di sela isak tangisnya.
"Raina. " Dengan ramah gadis itu mengulurkan tangannya. Memperkenalkan dirinya kepada pria yg baru saja ia temui.
"Nama yg bagus. Aku Evan. " Ucap Evan sambil mengaitkan uluran tangan dari Raina.
Rasa hangat yg dirasakan Evan saat jari jemari kecil mereka berdua bertemu.
"Mengapa kau menangis? " Tanya Raina yg sekarang telah duduk disamping Evan.