Mendung tampak menggantung dilangit, disetiap orang yg lewat merekatkan kan jaket masing masing karna dingin angin yg berhembus. Padahal ini masih pagi, tapi sudah nampak tanda tanda akan turun hujan.
Seorang pria jangkung berambut hitam legam, menggunakam sweater berwarna navy sepasang dengan training nya, sedang berjalan santai di pinggir trotoar. Menikmati udara Minggu pagi yg masih sejuk.
Sepatu kets berwarna hitam juga ikut menemani langkahnya. Hidup yg sepi membuat Evan melakukan apapun sendirian. Sikap nya yg pendiam dan cuek juga membuat diri pria itu susah mempunyai teman. Hanya Dimas dan Adi dua orang teman-- atau sahabat yg dia miliki.
Evan berhenti melangkahkan kakinya di kursi tak jauh dari taman tempat kemarin dia berteduh, berharap dapat bertemu dengan gadis itu lagi disini.
Evan menggulirkan pandangannya kesetiap ruas jalan. Berharap mengkap sosok gadis itu. Dan benar saja, pandangannya berhenti pada seorang gadis yg berada di ujung jalan sana. Seorang gadis dengan rambut hitam sepinggang yg sedang membelakangi nya. Tanpa diberitau pun Evan tau siapa pemilik rambut panjang sepinggang berwarna hitam kemerahan itu. Tanpa aba aba Evan segera berjalan cepat kesana, tidak mau ketinggalan jejak tentang gadis itu lagi.
Sekarang Evan sudah berada tepat dibelakang gadis itu. Gadis yg sedang memberi makan se ekor kucing berwana putih hitam. Dengan ragu Evan memberanikan diri membuka mulut untuk menyapa gadis itu.
"Ka.. Kau? Di.. Sini? " Ucap Evan dengan terbata, yg merasa di ajak bicara pun menoleh. Tapi aneh sikap gadis itu seperti kebingungan melihat Evan. Beda seperti pertemuan kemarin saat hujan.
"Kamu siapa? " Tanya gadis itu kebingungan melihat Evan.
"Ka.. Kamu gadis yg kemarin? --Eh maksud ku siapa nama mu? " Ucap Evan gugup. Seperti nya dirinya salah orang. Tapi bagaimana bisa? Gadis yg ada dihadapannya sangat mirip dengan gadis yg kemarin Evan temui.
"Oh, kenalin aku Rania. " Ucap gadis itu mengulurkan tangannya.
"Ra.. Rania? Ak.. Aku Evan. "
Evan menanggapi uluran tangan Rania, dan sekarang kedua tangan mereka bertemu. Rasa hangat juga menjalar ke seluruh tubuh Evan. Tapi rasa hangat yg berbeda.
10 detik sebelum tangan mereka terlepas Evan menyadari sesuatu. Gadis ini adalah anak baru yg kemarin duduk di tepat di depan nya. Evan sempat tidak habis pikir, seperti di permainkan oleh kenyataan.
"Kau anak baru itu ya? " Tanya Evan pada gadis di depannya.
"Ah iya ya, Kau anak yg duduk di belakang ku kan? " Jawab Rania, sambil mengingat ingat wajah Evan.
Evan tersenyum dan mengganguk. "Iya, kenapa aku gak sadar itu kau ya, haha."
Evan merutuki dirinya sendiri merasa bodoh tidak mengenali gadis di depannya. Padahal mereka sekelas, walaupun baru pertama bertemu harus nya Evan bisa mengenali wajah Rania, padahal wajah Rania terasa sangat familiar bagi Evan. Tapi tetap saja pria itu tidak dapat mengingat semuanya dengan jelas.