Pagi ini Evan mematut dirinya cukup lama di depan cermin, ia melihat dirinya yg di balut kemeja putih dan celana panjang kotak kotak putih hitam, tak lupa sebuah dasi. Rambut nya yg basah dibuat agak berantakan seolah itu adalah ciri khas dari diri nya. Digandeng tas hitam yg tergeletak di atas meja hanya sebelah tangan, lalu melangkahkan kaki nya keluar rumah.
Di luar rumah Evan disambut oleh oksigen segar yg menyambut paru paru nya. Pagi hari kali ini tampak cerah, matahari memancarkan cahaya dengan gagah nya, burung burung juga terdengar berkicau sangat merdu. Terlihat beberapa orang juga berlalu lalang melakukan aktivitasnya masing masing. Udara yg segar membuat Evan lebih percaya diri hari ini.
Evan berjalan menyusuri trotoar seorang diri, melewati bangunan bangunan yg sudah biasa ia lewati. Sepatu kets berwarna hitam yg ia kenakan juga ikut mengiringi langkahnya.
Evan menghentikan langkahnya, disebuah kursi kayu panjang di dalam taman, matanya mengedar ke kanan dan kiri mencari seseorang. Dan benar saja, seorang gadis yg berpakaian sama seperti dirinya sedang berdiri dari sisi timur sambil melambaikan sebelah tangannya.
"Hai sudah menunggu lama? " Tanya gadis itu setelah sampai di hadapan Evan. Gadis yg Evan janjikan akan menjemputnya setiap pagi saat berangkat kesekolah.
"Tidak, aku juga baru sampai disini. " Ucap Evan. "Kalau begitu ayo. "
Evan berjalan sebagai pentunjuk arah untuk Rania. Melihat Evan mendahuluinya Rania segera menyusul dan mensejajarkan jalan mereka.
"Udara yg sejuk. " Gumam Rania pelan.
"Iya aku jadi lebih bersemangat pagi ini. " Ucap Evan yg mendengar Rania bergumam.
"Terima kasih ya, kau mau jadi teman ku. " Ucap Rania menoleh pada Evan dan tersenyum. Senyum yg terasa sangat tulus.
"Eh.. " Kesadaran Evan hilang beberapa detik. Senyum itu, seperti senyum gadis 9tahun yg lalu. Mengapa Evan tidak bisa mengingat jelas kejadian itu?
Tak perlu waktu lama kini keduanya telah sampai di sekolah. Sekolah dengan gapura besar yg bertuliskan SMA Permata Bangsa, yg terletak di kota Bandung.
Sorot mata memperhatikan kedatangan mereka berdua, ada sebagian siswi yg berbisik pada temannya sambil melihat ke arah Evan. Bagaimana tidak? Evan yg cenderung cuek dan susah bergaul tiba tiba saja datang bersama seorang perempuan ke sekolah. Ada juga yg berdecak kagum melihat keduanya.
Sebuah alis tebal menghias indah di wajah Evan, bulu mata yg terlihat lentik untuk seorang anak laki-laki, hidung yg mancung dan bibir nya yg ranum membuat siapapun yg melihat akan menyukainya! Dan sekarang di sampingnya berdiri seorang gadis, dengan rambut hitam panjang yg bergelombang, bulu mata yg lentik, alis yg cukup tebal dan terbentuk dengan sempurna, bibirnya yg tipis dan berwarna merah muda, ditambah hidung nya yg kecil tapi terlihat mancung. Menjadikan Evan dan Rania adalah pasangan yg serasi.