HUJAN DEWI BATARI

Call Me W
Chapter #1

PROLOG

Utusan dari kerajaan Pulau Seberang itu terus memacu kudanya. Meskipun tanpa lecutan, pula hentakan berlebihan, kudanya terus berlari tunggang-langgang meninggalkan kerajaan Jayakarta. Menerobos kelebatan hujan yang menggila dan kegelapan malam yang membayang menuju ke dermaga. Tempat di mana kapal dari kerajaannya merapat pagi lalu. Serta teman-temannya yang tengah menunggu.

Tubuhnya sendiri bermandikan darah kental, amis dan lengket. Akibat dari luka di wajahnya yang tersayat-sayat, serta kedua daun telinganya yang terpotong rata. Seolah merahnya darah tak terbasuh oleh beningnya air hujan. Tak terpengaruh pula oleh lebatnya guyuran. Ia seolah titisan dari luka yang abadi, yang terpisahkan sementara dari bapak dan ibunya. Ialah karma kesumat dan dendam merajam.

Sesampainya di sana, utusan yang malang berteriak dalam sumpah serapah. Berbaur dengan derung tangisan dan erang kesakitan. Sampai akhirnya, dia pun jatuh tersungkur tak sadarkan diri. Bersimpuh pada titisan luka yang bersenggama dengan kematian. Menggugah bangun bapak dan ibunya sang titisan sehingga benar-benar terjaga.

Sementara itu, teman-temannya yang menunggu di kapal selama si utusan pergi menemui Raden Jayasena, raja dari kerajaan Jayakarta, tidak ada yang sanggup berkata-kata. Apalagi sampai bertanya-tanya kepada satu sama lain tentang apa, kenapa atau bagaimana hal mengenaskan itu bisa sampai terjadi. Hingga sampai tubuh bersimbah darah si utusan yang malang digotong oleh beberapa awak kapal untuk dirawat, mereka masih tetap diam membisu. Seolah suara mereka telah dirampas oleh gelombang laut pasang yang menghempas dan dibelenggu oleh hembusan angin yang menderu-deru.

Lihat selengkapnya