HUJAN DEWI BATARI

Call Me W
Chapter #25

RENCANA PERANG

Menurut Dewi Batari, selain ingatan Darsa dan Karta yang sempat melihat kemunculannya di hutan Kalasan, serta kekuatan kasat mata yang melindungi mereka waktu itu akan dihapus, ingatan mereka juga akan diselipi sisi cerita yang lain dari kenyataan. Yakni bahwa merekalah yang berjuang mati-matian melindungi Raden Admaja sampai seluruh penyerang bertopeng itu berhasil dikalahkan. Mereka juga membuka satu persatu topeng yang menutupi wajah para penyerang. Meskipun tidak ada satu pun wajah yang dikenali.

Sekiranya, begitulah yang ada dalam pikiran Raden Admaja. Seandainya saja para penyerang bertopeng itu mau bermain bersih sejak awal penyerangan. Karena Raden Admaja sangat mengenal ketiga pengawal setianya dengan baik. Mereka cakap dalam pertempuran, termasuk Kentus. Meskipun sikapnya masih kekanak-kanakkan, namun cepat sigap dan siaga saat dibutuhkan.

Masih menurut Dewi Batari, hal itu sangat penting untuk dilakukan. Selain untuk menghargai perjuangan mereka berdua dan mendiang Kentus selama ini, juga untuk menyurutkan hati Mahapatih Wiratama. Agar beliau tidak gegabah lagi dalam melancarkan serangan. Meskipun Mahapatih Wiratama tetap ingin melenyapkan Raden Admaja dan para pengawal setianya, paling tidak sekarang ini Raden Admaja memiliki keris sakti pemberiannya untuk melindungi diri.

Dan dalam waktu beberapa hari setelah berpulangnya Kentus ke Nirwana, keadaan Darsa dan Karta sudah semakin membaik. Mereka mulai melaksanakan tugasnya sebagai telik sandi atau mata-mata. Sekaligus pengantar pesan bagi Mahapatih Wiratama dan Raden Ramayana ke bendoro muda mereka atau sebaliknya. Karena sesuai saran dari Mahapatih Wiratama sendiri, Raden Admaja tidak boleh menimbulkan kecurigaan pada pihak pamannya. Bahwa sebenarnya dia ikut andil dalam peperangan kali ini.

“Medan perang ada di padang rumput hutan Pancala, Raden,” kata Darsa seraya membentangkan sebuah peta. Lalu menunjuk letak hutan yang di maksudnya tersebut.

“Berapa jumlah dalam pasukan perang yang berhasil kita himpun?” tanya Raden Admaja tanpa mengangkat wajahnya dari peta itu. Mengamati setiap nama atau simbol yang tertera.

“Lima ratus ribu untuk pertempuran utama di hutan Pancala. Belum termasuk pasukan gabungan dan pasukan ketiga,” lapor Darsa.

“Bagaimana penjelasan rincinya?”

Lihat selengkapnya