HUJAN DEWI BATARI

Call Me W
Chapter #11

ULURAN TANGAN

“Kuakui kamu memang sangat berhati-hati, Darsa. Itulah alasan kenapa kamu bisa jadi orang kepercayaan para bendoromu sampai wafat nanti,” pujinya. “Seperti yang telah kukatakan sebelumnya, karena sepertinya kalian sangat membutuhkan bantuan. Kalian kedinginan dan kelaparan, bukan? Dan aku bermaksud membantu kalian, jika kalian mau.”

Kentus mengangguk-angguk penuh semangat. Begitu juga dengan Karta dan dua pengawal lainnya. Sekiranya, penderitaan mereka dalam gua yang dingin ini akan berakhir sebentar lagi.

“Kenapa Dewi mau membantu kami?” tanya Darsa tak menghiraukan.

“Karena aku akan mengirim hujan pada bumi Jayakarta tiga hari tiga malam lamanya. Selain itu, ini sebagai bentuk ucapan terimakasihku. Karena kalian tidak menganggu rusa-rusaku, meskipun sedang kelaparan. Apakah kalian sanggup bertahan sampai selama itu dalam gua yang dingin ini? Atau kalian mau menerima tawaranku sampai hujan reda nanti? Aku bisa mempersiapkan tempat singgah dan makanan lezat untuk kalian,” jawab Dewi Batari kembali menawarkan.

Kentus, Karta dan dua pengawal lainnya bersamaan mengangguk lagi. Namun, mereka tidak berani mengatakan pendapat pada Darsa yang tampaknya masih ragu. Apalagi Raden Admaja juga belum menanggapi apa-apa mengenai tawaran dewi cantik itu.

“Bagaimana Raden?” Darsa mendekati bendoronya dan berbisik-bisik.

Raden Admaja urung menjawab. Kedua matanya masih belum lepas dari wajah Dewi Batari, yang juga balas menatapnya dengan pancaran sulit diartikan. Sebuah pandangan yang tidak segamblang saat dia menatap para pengawalnya. Termasuk Darsa yang begitu menyelidiki kebenaran tentang jati dirinya. Seolah kedua mata Dewi itu ingin menelanjanginya dan membelah-belah jiwanya. Ada sesuatu hal yang tidak bisa didapatkan mata batin dewi ayu itu pada dirinya dan dia ingin membantunya agar bisa memperoleh sesuatu yang masih serba misteri.

“Ya, aku setuju dengan tawaran Dewi Batari,” kata Raden Admaja kemudian.

Darsa menghela napas sejenak sebelum kembali pada tempatnya tadi berdiri. Lelaki itu berharap kalau keputusan bendoronya tidak keliru alih-alih kepincut (tergoda) dengan pesona sosok menawan Dewi Batari. Selain itu, Darsa sendiri merasa tidak memiliki jawaban pasti, seandainya beliau yang dimintai keputusan. Darsa memang harus selalu waspada dan hati-hati terutama tentang masalah keselamatan bendoronya. Namun, lelaki itu sendiri tidak mencurigai adanya maksud-maksud tertentu dari balik bantuan yang ditawarkan oleh Dewi Batari.

Setidaknya, Darsa masih ada di sisi bendoronya untuk melindunginya. Kalau-kalau sosok itu ternyata hanyalah jelmaan yang menyaru (menyamar) dan mengaku sebagai Dewi Batari. Karena mau bagaimanapun juga, nama Dewi Batari sebagai Dewi Hujan dari Kayangan yang diyakini penduduk Jayakarta, seperti halnya mereka meyakini adanya Dewi Kemakmuran akan tanaman, terutama padi atau lebih dikenal dengan Dewi Sri, hanyalah sebuah cerita. Karena sosok dewi-dewi itu belum pernah sekali pun menampakkan wujudnya pada setiap acara sesajian yang diadakan penduduk Jayakarta untuk menyanjungnya. Dan sekarang, bagai tersambar petir di siang bolong, sekonyong-konyong nyelonong sesosok wanita cantik yang mengaku sebagai Dewi Batari.

“Kalau begitu, mari ikuti langkahku!” ajak Dewi Batari seraya membalikkan badannya dengan perlahan.

Lihat selengkapnya