Kisah ini berawal dari tiga bulan lalu ketika aku baru saja melahirkan Salman, putra kami yang ke-satu. Saat itu aku masih terbaring lemah di tempat tidur Rumah Sakit ketika tiba-tiba saja Mas Faqih bercerita.
"Kok di leher aku kaya ada benjolan, ya?" tanyanya sambil meraba leher sebelah kiri.
"Sakit, Nggak?" tanyaku sambil meminta Mas Faqih menunduk agar aku bisa melihat benjolan yang dimaksud. Saat itu kondisiku masih belum pulih pasca operasi caesar.
"Enggak, sih," jawabnya singkat.
"Coba deh periksa ke dokter," ujarku tegas. Saat itu aku tak berpikir macam-macam karena jahitan operasi caesarku saja masih nyut-nyutan. Belum lagi kehadiran bayi yang masih beradaptasi juga semakin menguras energi dan pikiran. Namun, tentu saja hatiku pun bertanya-tanya kira-kira itu benjolan apa?Mengapa bisa ada benjolan tiba-tiba? Yah, begitulah, sebagai istri yang baru saja dikaruniai buah hati tentu saja ada rasa khawatir dan ketakutan suamiku kenapa-kenapa.
“Iya, deh, nanti aja,” katanya sambil berlalu. Wajahnya yang teduh itu terlihat lelah akibat kurang tidur. Sejak air ketubanku pecah kemarin, Mas Faqih selalu berada di sisiku. Awalnya kami kira aku bisa melahirkan secara normal, tapi ternyata air ketubanku sudah hampir habis sementara pembukaan masih stuck di pembukaan dua. Akhirnya dokter menyarankan untuk operasi caesar demi keselamatan Ibu dan bayi dan kami pun menuruti saran tersebut. Saat itu waktu seolah berjalan begitu cepat, Dokter dan perawat berjibaku mengejar waktu agar aku bisa melahirkan dengan aman. Hingga akhirnya suara bayi itu terdengar dan aku bisa melihat wujud malaikat kecil itu di depan mataku. Ketika aku keluar ruang operasi aku melihat Mas Faqih berlinang air mata, beliau terharu. Pasti. Mengingat kami baru dikaruniai anak setelah melewati masa pernikahan yang tak sebentar yakni empat tahun, dan untuk memiliki buah hati tersebut kami harus melewati berbagai usaha yang tak mudah.
"Kamu mau makan atau nyemil?" tanya Mas Faqih membuyarkan lamunanku.