Pagi ini aku merenung. Memikirkan banyak hal. Salah satunya adalah penyakit suamiku. Tak pernah kubayangkan sebelumnya suami yang sangat kucintai mengidap penyakit ini. Rasanya ingin protes, ingin mempertanyakan pada Allah, "Kenapa suamiku?" tapi mungkin Allah akan menjawab, "Kenapa tidak?" Ya, bagaimanapun Allah lah yang berkuasa atas segala sesuatu. Semua sudah diatur olehNya termasuk suamiku yang harus sakit kanker di usia belum genap 27 tahun. Sebagai manusia, kami hanya bisa menerima dan berusaha menjalani takdirnya dengan ikhlas. Kuakui ini berat. Terlebih anakku masih bayi dan sangat membutuhkan kehadiranku setiap saat. Terkadang aku ingin berlari. Pergi menjauh dari semua ini, tapi tak mungkin. Kami tak punya pilihan kecuali hadapi!
Malam ini kepalaku nyaris pecah, hatiku serasa teriris sembilu. Bagaimana tidak, aku melihat Mas Faqih, suamiku tengah merintih kesakitan. Sesekali beliau muntah-muntah hebat. Wajahnya pucat dan tubuhnya terlihat lemas. Sementara itu bayiku, Salman juga terus menangis kehausan. Aku menarik napas berat lalu mengembuskannya perlahan. "Ya Allah, berikanlah aku kekuatan," ucapku pelan. Dengan bergegas, aku ambil susu di kulkas dan menghangatkannya. Setelah itu aku ambil Salman dari tempat tidur lalu menimangnya perlahan. Alih-alih diam, Salman malah semakin menangis kencang.
"Sabar ya, sayang. Ini susunya," ucapku sambil mengarahkan botol susu ke mulut mungil itu. Dengan sangat rakus bayi kecil itu langsung menyedot susu di botol sampai habis. Padahal ASIku sedikit dan memerahnya butuh usaha yang tak mudah. Setiap dua jam sekali aku harus memerah agar produksi ASIku semakin meningkat. Akhirnya aku kembali memberinya ASI di botol sampai ia kenyang. Setelah itu Salman terpejam. Aku mendekati Mas Faqih dan berusaha menenangkannya. Namun, sebelum aku mulai bicara Mas Faqih sudah lebih dulu memulai percakapan.
"Kasihan Salman. Masih bayi, tapi Ayahnya sudah sakit kanker," ucap Mas Faqih sambil berkaca-kaca.
"Bagaimana kalau hidupku nggak lama lagi ya?"tanyanya dengan tatapan kosong. Wajahnya terlihat pucat dan matanya menitikan air dari kedua sudutnya.