"Hah ... wah ... anjing pakai pakaian?" Boani berdiri dan berjalan mendekati seorang wanita muda yang menggendong anjing kecil. Aku sepertinya tahu gadis muda yang menggendong anjing itu.
"Kakak, siapa nama anjingnya?" Gadis muda itu melihat ke arah Boani dan tersenyum.
"Namanya Celi, dia cantik kan?" Gadis itu memamerkan anjing kecilnya. Tiba-tiba Boani menangis dan gadis itu terlihat panik.
"Ada apa adik kecil? kenapa nangis?" Boani memasang wajah imut andalannya.
"Aku sudah lama ingin punya anjing dengan pakaian seperti itu, tapi orangtuaku sangat miskin, tidak mungkin aku bisa mendapatkan anjing seperti punya kakak." Kepala Boani dielus.
"Dimana orangtuamu?" Boani menunjuk Umak yang duduk di dekat barang dengan wajah tampak kelelahan. Penampilannya sudah mulai berantakan karena belum sempat dirapikan, sejak banyaknya pesanan yang datang dan harus diangkut ke tempat parkir. Hakbo datang dan memberikan minuman untuk Umak.
"Aduh, kasihan sekali. Kamu tahu, Celi punya adik kecil yang juga lucu seperti ini, bagaimana kalau aku kirimkan ke rumahmu?" Boani menunduk sedih.
"Kak, tadi pagi pemilik rumah, baru mengusir kami, karena tidak bisa membayar uang sewa. Setelah acara ini, kami akan pergi, entah kemana. Hakbo bilang kalau kami akan pergi ke rumah kawannya, tapi aku tidak tahu dimana alamatnya." Gadis muda itu tampak ragu.
"Biar aku bicara dengan orangtuamu, akan aku berikan nomor telphonku ke mereka." Boani mengangkat kepalanya dan tersenyum lebar.
"Terima kasih kak, mudah-mudahan kali ini aku tidak dipukul oleh orangtuaku, karena bicara dengan orang asing." Gadis muda itu tampak kaget.
"Kamu dipukul adik kecil? mungkin pukulan kecil?" Boani tersenyum.
"Minggu lalu aku baru keluar dari rumah sakit." Gadis itu terlihat sangat kaget. Aku dan saudara lelakiku, berdiri tidak jauh dari mereka dan mendengarkan semua percakapan mereka.
"Adik kecil, itu kekerasan dalam keluarga. Aku akan laporkan polisi."
"Kakak mau mengurus aku? akan aku bilang kepada polisi kalau kakak mau merawatku." Wajah Boani terlihat berharap. Gadis muda itu tampak berfikir.
"Adik kecil, aku masih terlalu muda untuk memiliki anak. Begini saja, untuk menghiburmu, akan aku berikan Celi kepadamu." Wajah Boani tampak terkejut, dia memang jago akting.
"Sungguh kak? kakak serius?" Aku bisa melihat mata Boani berkaca-kaca.
"Baju Celi cantik, sayang tidak ada lagi kalau kotor." Gadis muda itu berbicara di telephon dan tidak lama kemudian, seorang lelaki datang sambil membawa sebuah tas besar.