Kendaraan umum sebagian besar dikuasai oleh keluarga Aklo Jemal, lalu ada keluarga Mauli, saingan keluarga Aklo Jemal yang memiliki kekuasaan sedikit lebih banyak untuk urusan kendaraan dan sisanya adalah pemilik kendaraan pribadi. Salah satu anak keluarga Aklo Jemal menjual kendaraannya kepada Hakbo dengan harga yang lumayan tinggi, sampai Umak merasa jengkel saat itu. Hakbo diam saja saat Umak menumpahkan kekesalannya tentang keluarga Aklo Jemal, yang sering menggunakan kedekatan keluarga kami dengan seenaknya. Sampai suatu hari, kekesalan Umak sirna saat melihat Hakbo memamerkan sebuah mesin dengan wajah bangga.
"Apa ini Hakbo?" Hakbo tertawa.
"Sekarang aku bisa buat sendiri. Tidak perlu lagi beli dari kota." Aku ingat, saat itu umurku 8 tahun saat Hakbo dengan bangga memamerkan kendaraan yang dia buat sendiri. Memang Hakbo sangat jago kalau berurusan dengan mesin.
"Kita bisa buka pengantaran orang ke kota, pemasukan kita bisa bertambah." Umak menutup mulutnya, sambil memandangi kendaraan itu dengan wajah takjub. Kendaraan itu sudah seperti mobil yang sering aku lihat di desa ini, tapi atap dan tempat duduknya tidak terlalu bagus.
"Yang penting mesinnya kuat." Aku dan saudara(i)ku mengelus-elus mesin itu dengan kagum.
"Hakbo, berarti kita bisa meminta ijin kepada Aklo Jemal untuk bisa tarik kendaraan ke kota." Kulihat Hakbo terdiam mendengar perkataan kakak lelakiku dan menoleh ke arah Umak.
--
"Hakbo, mereka pasti tidak akan mengijinkan kita untuk membawa orang ke kota. Aku yakin sekali, Salasy pasti iri padamu." Aku mencuri dengar percakapan orangtuaku, saat akan pergi ke kamar kecil. Biasanya, aku akan tertidur sampai pagi, jarang sekali aku terbangun di tengah malam.
"Mereka tidak akan mengijinkan kita membawa penumpang ke kota ..." Hakbo terdengar menarik nafas berkali-kali. Tercipta kesunyian yang cukup lama. Saat aku ingin melanjutkan ke kamar kecil, tiba-tiba Umak berkata...
"Hakbo, aku ingat, Salasy pernah mengeluh bertengkar dengan suaminya, karena suaminya ingin menggunakan kendaraan untuk membawa kotoran ternak ke kota."
"Untuk apa Baoma membawa kotoran ternak ke kota?" Aku mengurungkan niat ke kamar kecil.