Hujan di Tanah Utara

Irvinia Margaretha Nauli
Chapter #15

15. Rindu dan Sahabat Baru

Ini pertama kalinya aku bisa bertemu dengan seseorang, yang memiliki mimpi yang sama denganku. Aku merasa dekat dengan Selena, berbeda dengan kedekatanku dengan Boani walau kami adik berkakak. Mungkin ini yang dirasakan oleh leluhurku dulu, sehingga menjalin tali persaudaraan dengan orang yang tidak sedarah.

Kami seperti bisa membaca pikiran satu sama lain, saling melirik lalu tertawa. Berbagi kata walau tidak diucapkan. Selena memiliki radio berwarna hitam yang suka di pasangnya saat sore hari. Saat mendengar lagu yang menyenangkan, kami akan mengambil kain dan menari berputar-putar di kamar. Kami belajar bersama di kamar, saling memberikan pertanyaan untuk soal-soal ujian dan mengerjakan buku latihan bersama-sama. Aku tidak tahu kemana masa depanku akan mengarah, tapi aku punya harapan yang sangat besar untuk menjadi orang yang lebih baik. Tidak hanya untukku, tapi juga untuk keluarga dan desaku.

Umak hanya datang sekali saja ke tempat ini, bersama dengan Boani. Sepertinya Boani iri melihat kedekatanku dengan Selena.

"Kamu bertemu banyak anak laki-laki, Liata?" Boani membantu kami menyiram tanaman yang ada di depan kelas-kelas.

"Ini sekolah khusus lelaki. " Boani melihat ke kanan dan ke kiri.

"Fanby sekolah disini juga, bukan?"

"Untuk apa kamu mencari Fanby? dia menyebalkan. Dia musuh kita." Boani geleng-geleng kepala.

"Dia musuhmu, bukan musuhku." Aku menyipratkan air ke wajah Boani.

"Aku berkelahi dengan Fanby karena membelamu, Boani." Boani hanya mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Aku kan tidak pernah minta dibela..." Jawabnya dengan suara pelan, tapi masih terdengar olehku.

"Kenapa kamu seperti ingin berteman dengan Fanby?" Boani terdiam sesaat.

"Dia anak orang kaya, Liata. Apalagi dia keponakan Dahkli Sema...." Aku melempar lap jendela ke wajahnya dengan marah. Anehnya, Boani seperti tenang-tenang saja, malah tersenyum manis. Kuikuti arah pandangannya, ternyata dia melihat Fanby dan teman-temannya yang sedang berkumpul dan bergurau.

"Aku mau bilang ke Umak, aku ingin sekolah juga." Idenya kali ini bisa menyusahkan Hakbo dan Umak.

Lihat selengkapnya