Hujan di Tanah Utara

Irvinia Margaretha Nauli
Chapter #17

17. Sebuah rencana

“Kamu punya rencana apa, Dila?” Dila terdiam sejenak.

“Kamu ingat cerita Gloman?...aku rasa, ada 2 cara untuk keluar dari tekanan kepala kampung. Pertama, kita harus cari uang yang banyak dan mengganti kepala kampung kita dan kedua, kita pergi dari kampung.”

“Hah ! kita mau pergi kemana? Keluarga kita ada disitu semua?”

“Gloman menyebutkan tentang desa Ladang Jahut…, ingat?” Lara mengangguk.

“Kita harus cari tahu dimana letak desa itu. Kalau Umak Gloman bisa hidup di sana, kemungkinan keluarga kita bisa hidup di sana juga.” Lara terdiam.

“Kita tidak tahu kebiasaan di desa itu. Lagipula, aku tidak pernah mendengar nama desa itu. Lebih baik kita pindah ke desa yang kita kenal.” Dila menghembuskan nafas perlahan.

“Apa kamu lupa, dengan pemimpin kampung di desa yang lain, mereka sudah membuat perjanjian untuk tidak menerima penduduk desa pindahan?” Lara seperti teringat sesuatu dan mengangguk dengan pelan.

“Aku takut desa itu lebih menyeramkan dari tempat kita.” Dila mengangguk pelan.

“Aku juga takut, tapi kita cari informasi dulu tentang tempat itu. Keputusan pindah tidak harus terburu-buru. Benar apa yang dipikirkan Umak Gloman, Hakbo dan Umak kita harus mengumpulkan uang untuk masa tua mereka. Semakin lama, aku melihat mereka sudah tidak kuat lagi bekerja di ladang.” Lara tampak termenung dengan wajah sedih, mengakui kebenaran perkataan Dila.

“Dila, kita harus semangat. Dulu kita pikir, menjadi guru di tempat ini adalah hal yang mustahil, tapi kita berhasil. Ayo, kita berusaha.” Kali ini, Lara yang tampak bersemangat.

“Aku rasa, kita harus kerjasama dengan Gloman, bagaimana menurutmu?” Dila tersenyum lebar mendengar perkataan Lara.

“Benar sekali. Kita mempunyai tujuan dan alasan yang sama. Kita harus kerjasama dengan Gloman.” Mereka saling berpandangan lalu tersenyum penuh makna.

--

Lara dan Dila berusaha untuk mencari tahu dimana Gloman bekerja dan tinggal. Setelah bertanya kesana kemari, tidak ada satupun yang benar-benar mengenal siapa Gloman, penghuni di sana hanya sering melihat Gloman hilir mudik di tempat tinggal mereka.

“Di kampung, dia juga sudah tidak pulang selama 5 tahun. Kemana dia ya?”

“Kata teman-teman kita, sekarang Gloman seperti hantu, datang dan pergi begitu saja. Sekarang dia seperti orang yang misterius.” Lara dan Dila hampir melompat dari kursi, saat tiba-tiba melihat Gloman berdiri dan tersenyum ke arah mereka.

“Sedang bersantai rupanya…”

“Gloman !” Mereka berseru bersamaan. Gloman tampak keheranan.

“Ada apa dengan kalian ? sepertinya senang sekali bertemu denganku.” Mereka langsung merangkul Gloman dan mengajaknya ke pusat jajanan di dekat sekolah.

Lihat selengkapnya