“Buku ini berisi daftar bisnis dari keluarga mereka dan siapa saja yang menyimpan uangnya di dalam usaha tersebut. Mereka memiliki 3 kategori bisnis, di dalam kampung masing-masing, antar kampung dan bisnis di kota. Bisnis yang paling besar tentunya ada di kota. Sekarang kita sudah bertiga dan bisa bagi tugas, kalian siap?” Lara menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia tampak ragu dengan rencana Gloman. Gloman melihat ke arah Dila dan menunggu tanggapannya. Dila menoleh ke arah Lara dan mulai membujuknya.
“Ayolah Ra, Gloman tidak datang dengan persiapan yang mentah. Lihat ini…” Dila menunjuk buku-buku di atas meja.
“Risetnya bagus.” Lara kembali menggeleng.
“Aku tidak bisa lanjut bicara kalau kalian tidak setuju.” Lara masih tampak ragu.
“Kalau kita gagal, apa yang terjadi?” Tanya Lara.
“…yang terburuk, kalian bisa dipecat dari pekerjaan yang sekarang.” Lara dan Dila saling lihat-lihatan.
“Ra, dari dulu Gloman selalu penuh perhitungan dan teliti. Rencana dia sering berhasil, walau ada juga yang gagal. Ingat cerita jambu air?” Lara dan Gloman tertawa mendengar ucapan Dila. Setelah itu mereka terdiam beberapa saat. Terlihat Lara berfikir dengan keras.
“Gloman, aku sudah mengenalmu bertahun-tahun. Aku mau ambil resiko ini.”Lara memegang tangan Gloman dengan ekspresi serius. Dila ikut-ikutan menggenggam tangan mereka berdua.
“Aku juga ikut. Ini untuk kehidupan yang lebih baik.” Gloman tersenyum lebar lalu menarik tangannya.
“Baik, kita akan mulai bagi tugas. Seperti yang tadi aku bilang, mereka memiliki 3 kategori bisnis. Aku akan memantau bisnis mereka di kota, Dila akan memantau bisnis mereka di desa kita dan Lara memantau bisnis antar kampung.” Dila dan Lara mengangguk.
“Sebelumnya aku ingin kalian menandatangi perjanjian ini.” Gloman mengeluarkan 3 bundle dokumen dari tasnya.
“Perjanjian apa?” Dila dan Lara menerima dokumen masing-masing satu.
“Kalian bisa baca dulu di rumah, bulan depan kita bahas lagi mengenai perjanjian ini.” Setelah Lara dan Dila menyimpan dokumen itu di dalam tasnya, Gloman melanjutkan ucapannya.
“Sejarah keluarga dari pemimpin kampung atau keluarga Fundah adalah mereka berasal dari luar desa atau pendatang. Mereka datang ke desa kita dan memulai kehidupan dengan pertolongan dari keluarga Gasmana. Keluarga Fundah yang terdahulu memiliki perjanjian bisnis dengan keluarga Gasmana, di awal-awal memulai usaha. Perjanjian ini sudah dipindahkan dan disimpan di bank di kota. Ada keluarga Fundah yang tahu tentang surat perjanjian, ingin menghancurkan surat itu.” Gloman menghabiskan minuman yang ada di depannya dan melanjutkan kata-katanya.
“3 bulan lagi ada pemilihan pemimpin bank dan mereka akan memasukan orang mereka untuk menjadi pemimpin disana, tujuannya adalah tentu surat itu. Itu adalah fakta dan fokus nomor satu.”
“Kenapa keluarga Gasmana tidak mengambil saja surat itu?” Tanya Lara.