Hujan di Tanah Utara

Irvinia Margaretha Nauli
Chapter #20

20. Bertemu investor

Dila, kepala sekolah dan 5 orang investor duduk berhadap-hadapan. Mereka sudah keliling untuk melihat fasilitas sekolah dan Dila sudah menjelaskan apa yang sekolah butuhkan untuk Pendidikan.

“Kepala sekolah tidak menerima uang?” Kepala sekolah tersenyum.

“Tidak, untuk menghindari masalah uang di kemudian hari. Sekolah ini hanya menerima peralatan dan perlengkapan, serta akan diumumkan di koran kota, agar semua transparan.” Salah seorang investor mengangguk-angguk.

“Saya sudah sampaikan kepada ibu Dila, kalau saya akan menyumbang apa saja, tapi memiliki dampak yang sangat baik untuk sekolah. Hanya saja….” Orang itu terdiam sejenak.

“Semua yang dibutuhkan oleh sekolah ini sudah disanggupi oleh rekan-rekan ini…” Orang itu mengangguk dengan sopan ke arah investor lainnya.

“Saya tidak tahu, apakah sumbangan saya masih diperlukan.” Pak kepala sekolah tampak terdiam sejenak. Beliau berusaha untuk memikirkan apa yang harus diucapkan. Mencari investor sangat sulit.

“Saya rasa, kami tetap akan memerlukan perlengkapan untuk tahun-tahun ke depan.” Orang itu tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat.

“Tidak baik menumpuk barang. Kalau tidak ada yang bisa saya bantu, lebih baik saya kembali kapan-kapan.” Orang itu berdiri dan kembali mengangguk dengan sopan ke arah investor lainnya. Dila buru-buru berdiri dan menahan langkah orang itu.

“Maaf pak, ini kelalaian saya tidak menjelaskan semuanya dengan tepat. Masih ada satu lagi kebutuhan sekolah yang sangat penting, tapi mungkin agak sulit untuk dipenuhi.” Orang itu kembali duduk.

“Apa itu? siapa tahu saya bisa membantu.” Dila pura-pura batuk untuk mengulur waktu. Dia sendiri belum tahu apa yang harus dikatakan.

“Saya keluar sebentar untuk mengambil dokumennya.” Dila bergegas keluar dari ruangan kepala sekolah dan berjalan tidak tentu arah. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada orang itu. Kehilangan investor, itu artinya kehilangan hubungan jangka panjang dan bantuan yang sangat berarti. Dila terus melangkah mengelilingi sekolah dan berusaha mendapatkan ide.

Dila melewati sebuah kelas dan melihat Lara sedang sendirian di ruangan itu. Tidak ada yang bisa menyamai kecerdasan dan dedikasi Lara dalam menyiapkan semuanya di sekolah ini. Hampir setiap hari Lara pulang saat hari sudah sore. Banyak sekali kurikulum percobaan di sekolah ini, terutama untuk bidang ilmu alam dan fisika. Mempersiapkannya memakan waktu dan tenaga. Jarang ada guru di tempat ini, yang mau melakukan segala sesuatunya dengan rinci yang benar. Dila ingat percakapan yang sering terjadi dengan Lara, saat di rumah.

“Pulang sore lagi?” Lara tertawa.

Lihat selengkapnya