Hujan di Tanah Utara

Irvinia Margaretha Nauli
Chapter #26

26. Ancaman anak Pertama

Lesya merasa gelisah selama liburan di kota. Sebelum mereka berangkat, ada kehebohan di balai desa yang berakibat di pecatnya beberapa Duska. Karena Hakbo memiliki acara yang padat hari itu, mereka mengikuti saja keinginan warga desa untuk memberhentikan beberapa Duska. Semua Duska yang dipecat adalah orang-orang kesayangan Hakbonya. Hakbo merasa ada yang aneh, tapi urusan anak pertama keluarga Gasmana lebih penting.

Lesya yakin sekali, kalau Rinpo adalah anak yang hilang itu. Dia ingin sekali bertemu dengan Rinpo dan menceritakan semua informasi yang dia dapatkan. Hakbo mengatakan agar dirinya bersabar, karena beliau akan mencari informasi terlebih dahulu, kepada temannya di kota. Temannya adalah detective paling terkenal dan selalu tahu infromasi-informasi penting.

“Bagaimana Hakbo, ada kabar apa?” Hakbonya duduk di samping Lesya dengan wajah tidak bersemangat.

“Mereka sudah tahu tentang isu anak pertama Gasmana. Kehadiran dirinya, dapat mempercepat dikeluarkannya surat perjanjian dari bank. Pemimpin bank yang sekarang tidak mungkin mau bekerja sama dengan kita, tapi menunggu pemilihan pemimpin bank, bisa membuat semuanya terlambat.”

“Lalu Hakbo, apa yang harus aku lakukan?” Hakbo menoleh ke arah Lesya.

“Coba kamu datangi dia, tanyakan apakah dia mau bekerja sama dengan kita.”

“Dia? Maksud Hakbo…Rinpo?” Hakbo mengangguk.

“Apakah sudah pasti dia orangnya?” Hakbo mengangkat kedua bahunya.

“Semua tanda-tanda mengarah ke Rinpo. Cara terakhir untuk membuktikan hanya tanda lahir dan tes DNA.”

“Apakah bank akan meminta hal itu? Tes DNA?”

“Hakbo tidak tahu, bisa jadi pemimpin bank menolak untuk mengabulkan dipercepatnya pengambilan surat itu, apabila tidak ada tes DNA.” Hakbo terdiam.

“Kalau sampai kita tidak sempat menukar surat perjanjian itu, sebelum masa perjanjian dengan bank selesai, keluarga kita akan bangkrut.”

“Aku dengar, pengacara mereka sudah siap Hakbo, tinggal menunggu kapan mereka bisa mendapatkan bukti surat itu.” Hakbo kembali mengangguk.

Lihat selengkapnya