Rinpo tidak terlalu tahu tentang keluarga Gasmana, karena mereka lebih tertutup dan kehidupannya tidak semewah keluarga Fundah, membuatnya tidak terlalu perduli dengan keluarga ini. Anak-anak perempuan mereka tidak ada yang menarik, membuatnya tidak ingin mengetahui tentang keluarga ini lebih jauh.
“Kamu yang bernama Rinpo?” Rinpo duduk di hadapan lelaki yang wajahnya cukup seram.
“Ya, saya Rinpo. Apa yang bisa saya bantu?” Lelaki itu memberi kode kepada 5 lelaki yang tadi membawa Rinpo.
“Coba kalian lihat punggungnya.” Lima orang tadi mendekat. Ada yang menarik kedua tangannya ke atas dan ada yang menarik bajunya ke atas.
“Hei, kalian mau apa?” Tiba-tiba badan Rinpo diputar.
“Tanda lahir itu ada, pak.” Sebuah jari menunjuk punggungnya.
“Baiklah, aku sudah lihat.” Kelima orang itu melepaskan tangan Rinpo.
“Apa yang kalian inginkan?” Lelaki berwajah seram itu tersenyum ke arah Rinpo.
“Sepertinya kamu adalah kakakku yang hilang. Kamu anak pertama keluarga Gasmana.”
--
Rinpo memandangi orang di hadapannya dengan perasaan heran. Bagaimana mungkin dia bagian dari keluarga Gasmana?
“Aku anak pertama Gasmana?” Lelaki itu mengangguk.
“Aku akan memperkenalkanmu dengan anggota keluarga lainnya. Besok pagi, datanglah kembali kesini, agar kita bisa bicara dengan semua saudaramu. Ada tugas penting yang harus kita lakukan. Kamu bersedia?”
“Aku tidak sedang dipermainkan?” Lelaki itu tertawa.
“Tenang saja, aku tidak sedang bercanda.” Rinpo pulang dengan perasaan bertanya-tanya. Apakah benar dia anak pertama keluarga Gasmana, orang yang sedang dicari-cari oleh bosnya. Sebenarnya dia sudah curiga dari kemarin-kemarin. Keesokan harinya, sekitar 50 orang datang ke rumahnya dan mengusirnya dari desa.
“Keluar kamu dari desa ini dan pergilah jauh-jauh.” Rinpo kebingungan dan terpaksa mengikuti keinginan orang banyak itu. Saat dia melewati perbatasan desa, seorang wanita setengah baya mendekati Rinpo.