Tahun ketiga, Aku dan Selena masih bekerja seperti biasa di sekolah. Tidak jarang Lindung dan teman-temannya membantu kami, walau sudah susah payah mengusir mereka. Kelompok belajar kami semakin banyak dan biasanya kami berkumpul di halaman sekolah, mulai dari selesai sekolah sampai sore. Setelah itu mereka akan kembali ke asrama, aku dan Selena akan kembali ke kamar untuk menyiapkan makan malam. Hakbo Selena bertemu dengan seorang wanita dan aku dengar dari Selena, kalau mereka sedang kasmaran. Selena tampak tidak suka, tapi dia berusaha untuk bersikap dewasa dan manis di depan wanita itu. Wanita itu sangat ramah. Aku tidak tahu kenapa Selena tidak suka dengannya.
Situasi semakin terasa tidak menyenangkan, saat salah seorang teman Lindung bercerita tentang saudaranya yang menikah lagi dan anaknya di titipkan ke orang lain.
“Selena, kalau nanti Hakbomu menikah lagi, kamu akan tinggal dengan siapa?” Pertanyaan itu benar-benar membuat Selena murka. Dengan wajah memerah, dia berdiri dan meninggalkan kami yang sedang belajar bersama. Lindung yang melihat itu, merasa kesal dan menegur temannya.
“Bukankah kita teman? Seharusnya kamu tidak menakuti-nakuti Selena seperti itu.” Anak yang tadi terlihat tidak enak dengan perkataannya.
“Aku tidak bermaksud jelek, aku hanya teringat cerita keluargaku.”
“Aku rasa kamu harus minta maaf dengan Selena.” Teman yang lain ikut bicara. Anak yang tadi mengangguk dengan pelan.
“Lebih baik menunggu kemarahan Selena reda…” Kami terdiam sesaat.
“Menurutmu, apa yang membuat Selena sangat marah, biasanya kan dia suka bercanda?”
“Mungkin dia takut hakbonya pergi darinya, mereka hanya berdua selama ini.” Jawab Lindung.
“Kasihan ya Selena. Hanya,..tidak semua ibu lain bersikap jahat. Aku juga punya saudara yang mempunyai ibu lain, tapi mereka sangat rukun. Eh, aku ada ide…” Salah satu teman Lindung tersenyum misterius. Kami mulai berbisik-bisik dan merencanakan sesuatu untuk Selena.
**
Sejak bertemu dengan wanita itu, namanya Ura, setiap minggu kami akan pergi ke kota untuk jalan-jalan berempat. Ura cantik dan suaranya lemah lembut. Aku sering melihat wajah Selena kesal, apabila Hakbonya bersikap sangat manis kepada Ura. Ura bekerja di kota dan kami sempat diajak ke tempat dia bekerja saat libur. Akhir-akhir ini, hampir setiap malam aku melihat Selena gelisah di tempat tidur. Saat aku mulai mengantuk, aku masih melihatnya memandangi langit-langit dan saat aku bangun keesokan harinya, dia masih di posisi yang sama, dengan ekspresi wajah yang sama.