Hujan di Tanah Utara

Irvinia Margaretha Nauli
Chapter #31

31. Ibu Lain yang berbeda

“Mengancam apa?” Selena berdiri dari Kasur dan mulai menendang kasur berkali-kali. Aku sampai bingung sendiri, tidak pernah melihat Selena seperti itu.

“Selena, berhenti! Kamu kenapa?” Aku segera berdiri dan menarik Selena ke kasurku.

“Ura bilang apa sama kamu?” Sampai beberapa hari, Selena tetap tidak mau mengatakan apa isi percakapannya dengan Ura.

**

Setelah ujian tahunan, kami diberikan libur selama 2 bulan. Ini adalah pertama kalinya, kami memutuskan untuk berlibur bersama Lindung dan teman-temannya. Teman-teman Lindung mengatakan kepadaku, kalau mereka akan jalan-jalan ke kota. Hakbo Selena tidak membiarkan kami pergi berdua ke kota dengan Lindung dan teman-temannya.

“Biar bagaimanapun, kalian dan mereka berbeda jenis kelamin. Kalian berdua sudah mulai dewasa dan harus bisa menjaga diri.” Hakbo Selena menemani kami jalan-jalan dengan Lindung dan teman-temannya. Lindung akan menginap di rumah temannya, yang memiliki rumah di kota. Mereka akan menginap berpindah-pindah. Kami tidak boleh menginap bersama dengan Lindung dan kawan-kawannya.

“Kita tinggal dimana nanti, Hakbo?”

“Tenang saja, Hakbo punya kenalan di kota.” Sepanjang hari kami sangat bahagia, berjalan-jalan, melihat-lihat banyak tempat menarik, melakukan tingkah-tingkah lucu dan mengomentari banyak hal aneh yang kami lihat. Inilah pertama kalinya kami merasa bisa bersenang-senang, karena biasanya kami di kamar, belajar dan terus belajar.

“Nanti kita akan tinggal di tempat teman Hakbo, kalian berdua harus bersikap yang sopan ya.” Aku dan Selena mengangguk. Saat kami melihat siapa yang membuka pintu rumah, otomatis aku segera menoleh ke arah Selena. Aku melihat Selena terpaku sampai mulutnya terbuka lebar. Dia sangat kaget saat melihat Ura di hadapannya.

“Ayo masuk, sudah malam. Udaranya tidak bagus di luar.” Ura segera menarik tangan aku dan Selena.

“Kalian sudah makan malam?” Ura yang berjalan mendahului kami, menoleh ke belakang.

“Sudah Ura, mereka sudah makan dengan teman-temannya tadi.”

“Baiklah, ayo ke kamar kalian.” Aku dan Ura masuk ke sebuah kamar dan bau harus menyapu penciumanku, saat pintunya dibuka.

“Kalian bisa tidur disini. Itu baju tidur kalian. Sekarang, kalian ganti baju, cuci kaki dan sikat gigi. Itu kamar mandinya. Kalau sudah selesai, aku tunggu kalian di ruang tamu ya.” Perkataan Ura sangat tegas dan berbeda dari sikapnya, yang selama ini lemah lembut. Setelah melakukan rutinitas sebelum tidur, aku dan Selena keluar dari kamar tidur menuju ruang tamu.

“Nah, itu mereka datang. Ayo duduk sini.” Ura dan Hakbo Selena sedang duduk di meja makan.

Lihat selengkapnya