Hujan di Tanah Utara

Irvinia Margaretha Nauli
Chapter #37

37. Melanjutkan hidup

Sebelum aku dan Umak meninggalkan rumah, dimana aku tinggal selama 7 tahun, aku masih sempat merekam sekali lagi tempat ini di dalam ingatanku. Guru pengganti yang sempat tinggal bersama dengan kami, sudah pindah ke kota, dua hari yang lalu. Lindung kembali ke desa bersama dengan kami. Kali ini Hakbo dipinjamkan mobil yang cukup besar oleh Dahkli Sema. Aku, Lindung, Umak dan Hakbo, berada di dalam mobil bersama-sama barang-barang kami. Nanti, saat akan mendekati desa, Lindung harus berpindah ke mobil yang lain, yang akan dibawa oleh sopir Dahkli Sema. Sepanjang perjalanan, kami berusaha mencari posisi duduk yang nyaman di dalam mobil, ditengah-tengah barang yang menumpuk di dalamnya.

“Umak heran dengan kalian. Saat kalian meninggalkan desa, 7 tahun yang lalu, apa saja barang yang kalian bawa ke sekolah?” Lindung berusaha mengingat-ingat.

“Hanya baju beberapa pasang, Umak, tapi setelah itu aku banyak mendapat kiriman. Dahkli Sema juga memberikan aku lemari kecil itu, sama tempat sepatu…lalu itu..” Lindung menunjuk satu persatu barang-barangnya.

“Kenapa tidak kamu tinggalkan saja di asrama, Lindung?” Tanya Umak lagi.

“Pemberian, umak. Nanti kalau tidak aku bawa pulang, orang yang memberi bisa tersinggung.” Umak mengangguk setuju.

“Lalu barang-barang kamu Liata, kenapa tidak kalah banyak dari Lindung? Sepertinya umak tidak punya uang sebanyak itu untuk membeli barang-barang?” Aku tertawa.

“Sama Umak, aku juga suka dikasih macam-macam di sana. Kepala sekolah, Dahkli Sema, Ura dan umak. Umak juga sering mengirimkan aku macam-macam barang, yang dibawa oleh Hakbo.” Umak menoleh ke arah Hakbo.

“Kapan aku kirim barang?” Hakbo batuk-batuk kecil.

“Uangku, uangmu juga..” Jawab Hakbo singkat.

“Umak..! jadi sebenarnya Umak tidak pernah mengirimkan apa-apa kepadaku? Anakmu yang tidak bisa pulang dan jauh dari desa?” Protesku.

“Eh, begini..” Umak tampak salah tingkah.

“Itu, handuk sama tas, umak yang belikan.” Aku tertawa geli.

“Umak kalah sama Hakbo. Hakbo lebih perhatian.”

“Eh, jangan kamu membuat umak iri dengan hakbomu ya, nanti umak bisa mengeluarkan kekuatan wanita.”

Lihat selengkapnya