Aku dan Boani duduk di ruang tamu sambil menundukkan kepala, ketika Dayana mengungkit kisah di masa lalu.
"Dayana, saya sebagai umak Liata dan Boani, meminta maaf untuk peristiwa memalukan itu." Umak membungkukkan sedikit badannya dihadapan Dayana.
"Saya sebagai hakbonya, akan bertanggung jawab. Kami akan mengganti kerugian yang di derita oleh Dayana." Dayana menarik nafas panjang.
"Kejadian itu sudah lama sekali. Aku datang kesini bukan untuk meminta per tanggung jawaban dari kalian, tapi akan mempekerjakan kedua anak kalian ini. Aku mengungkit cerita masa lalu, agar kalian tidak ada pikiran untuk menolak permintaanku." Aku dan Boani saling melirik.
"Pekerjaan apa itu, Dayana? Saya rasa mereka tidak punya kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan khusus dari-mu." Aku mengangkat kepalaku dan kulihat umak tampak cemas.
"Aku rasa mereka bisa, karena akupun bisa tertipu oleh mereka. Aku tidak pernah sembarangan memilih orang untuk bekerja denganku." Sikap tegas Dayana, membuat umak terlihat pasrah dan beberapa kali melirik ke arahku dan Boani.
"Apa yang harus mereka lakukan?" Dayana tersenyum lebar.
"Pekerjaan yang sangat cocok untuk mereka."
**
Umak terdiam saat mendengar Boani bercerita tentang rencana Dayana....
"Intinya, umak, Dayana ingin menguasai desa kita dengan menyingkirkan Dahkli Sema." Tiba-tiba Tahte berdiri sambil mengepalkan tangannya.
"Aku akan menanggung semuanya. Tidak akan aku biarkan Dayana menghancurkan desa kita." Wajahnya tampak bersungguh-sungguh, dengan sedikit pancaran takut di wajahnya."
"Mereka akan memenjarakanmu di kota." Tahte menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat, mendengar perkaataan Plona.
"Aku siap berkorban untuk desaku ini." Umak berdiri lalu menyentuh bahu Tahte.
"Duduklah dulu. Kita pikirkan hal ini baik-baik." Perlahan, Tahte kembali duduk.
"Dengarkan, ini bukan perkara ringan, karena Linbu Salasy dan Suma Gora sudah menyatakan dukungannya kepada Dayana. Tanpa bantuan kalian, mereka sudah bisa menyingkirkan Dahkli Sema dengan mudah, karena Suma Gora memiliki kekuasaan lebih dari pada Dahkli Sema...," Umak terdiam agak lama dan kami menatap umak, menunggu kelanjutan ucapannya, "Kita ikuti saja dahulu rencana mereka, kita cari tahu apa tujuan mereka...," umak terdiam, "Setelah itu, baru kita pikirkan jalan keluarnya."
**
Tugas pertamaku, datang ke rumah Dahkli Sema dan mengambil surat perjanjian sewa ladang. Umak bilang, lakukan saja permintaan Dayana, karena sekarang dia sedang menguji kesetiaanku dan Boani.
Beberapa tahun yang lalu... (Liata belum lahir)
Saat itu Desa Ladang Jahut masih tertutup untuk orang luar.
Dayana datang ke desa Ladang Jahut untuk menjalin kerja sama dengan warga desa tersebut. Berpasang-pasang pandangan mata curiga, mengikuti langkah Dayana menuju rumah Suma Gora. Penduduk desa Ladang Jahut, tidak suka kalau ada orang asing datang ke desa mereka. Andaikan mereka tidak melihat Dayana datang bersama Omra, orang kepercayaan keluarga Dahkli Sema, penduduk akan segera mengusirnya.
Hakbo Dayana sudah menjalin komunikasi dengan Suma Gora dan dirinya akan diperkenalkan kepada salah satu keluarga kaya di tempat ini.
Ini adalah pertama kalinya Dayana mendapat kepercayaan Hakbo, untuk memperluas bisnis keluarganya. Keluarga Dayana tinggal di desa yang agak jauh dari desa Ladang Jahut, sehingga memerlukan waktu 3 hari untuk mencapai tempat tersebut. Ditemani oleh Simnap dan Demai, orang kepercayaan Hakbo Dayana, yang sudah dikenalnya sejak mereka balita, Dayana berjalan kaki menuju desa Ladang Jahut. Mereka berhenti beberapa kali, di desa-desa yang mereka lewati. Simnap berbadan kuat dan berwajah sangar, sedangkan Demai berbadan tinggi langsing, sangat teliti, cekatan dan cerdas. Mereka selalu bersama-sama, menjadi orang kepercayaan Hakbo Dayana.
Persaingan yang sangat kuat di dalam keluarga Dayana, membuat Umak dan adik umaknya, mendorong Dayana dan saudara-saudara kandungnya, untuk aktif membantu Hakbo dan mendapat kepercayaan darinya. Hakbo Dayana belum terlalu kaya saat itu, tapi keuletan dan tekadnya yang kuat, membuat dirinya disegani oleh orang-orang di desa mereka dan juga beberapa desa, yang dekat dengan desa mereka. Hakbo Dayana sudah menikah beberapa kali, beberapa sudah diceraikan dan tinggal 2 orang istri yang tinggal serumah dengannya. Walau beberapa istrinya sudah diceraikan, tapi Hakbo Dayana adalah orang yang bertanggung jawab kepada anak-anaknya. Dia tetap memantau semua anak-anaknya dan memastikan mereka mendapatkan pendidikan yang sangat baik. Impian terbesarnya, suatu hari nanti anak-anaknya akan membantunya memperluas bisnis keluarga mereka.
Sebagai seorang anak lelaki yang tumbuh di keluarga miskin dan selalu berkekurangan, Hakbo Dayana berjanji pada dirinya sendiri, untuk memiliki usaha dan harta yang banyak. Pikirannya saat itu, dia harus memiliki banyak anak, sebagai harta untuk membangun kerajaan bisnisnya. Dipilihnya wanita-wanita yang kuat, cerdas dan tampak menonjol di dalam masyakat, untuk kemudian bisa mendukungnya mencapai impiannya. Bagi dirinya, pernikahan adalah bisnis.