Semenjak Salasy membubuhi sesuatu ke dalam makanannya, Dayana sudah merasa harus melakukan sesuatu untuk menghentikan tingkah Salasy. Dia sempatkan diri untuk kembali ke desanya, mencoba mendapatkan petunjuk dari umaknya. Saat dirinya melangkah ke dalam rumah, dadanya berdegub dengan kencang, apakah umaknya baik-baik saja?
"Umak." Umak Dayana yang sedang menyiram air ke tanaman-tanamannya yang cantik, langsung menoleh mendengar suara Dayana. Di taruhnya alat penyiram dan dirinya segera memeluk anak perempuannya.
"Pina, umak senang kamu kembali." Dayana berusaha menahan airmatanya yang akan tumpah, dia lega umaknya baik-baik saja.
"Kamu sudah makan?" Dayana dibawa ke dalam kamar umaknya. Sepanjang hari mereka bercerita banyak hal, mulai dari Klin, Salasy sampai saudara umaknya, yang sempat Dayana lihat fotonya di rumah Linbu Gora.
"Saudara umak itu sudah menghilang, entah kemana. Umak hanya bisa berharap, dia akan baik-baik saja, dimanapun dirinya berada." Pandangan umak tampak menerawang. Dayana berusaha mengalihkan kesedihan umaknya, dengan menceritakan rencananya untuk mengalahkan Salasy. Umak terlihat tertarik dengan rencana Dayana.
"Rencanamu sudah sempurna Dayana, umak setuju dengan caramu." Dayana tampak puas dengan reaksi umaknya.
"Kamu tidak bertemu dengan Hakbo?" Dayana menggeleng.
"Aku sudah sering bertemu dengan Hakbo saat di Ladang Jahut..."
***
Begini rencana Dayana....
Untuk semua orang yang sering berkeliling ke desa-desa tetangga, Dayana tahu dengan pasti kalau ada sebuah perkumpulan tersembunyi, dimana anggotanya adalah para wanita yang suka berpenampilan seperti laki-laki dan sebaliknya. Orang-orang yang mengetahui perkumpulan itu, sering menyebut mereka dengan sebutan Pecha. Walau mereka dianggap melenceng oleh warga desa, tapi karena sebagian besar dari mereka sudah mengenal orang-orang Pecha, sehingga warga desa menutup mata dengan pilihan hidup mereka.
"Bagaimanapun mereka adalah kakak, adik, saudara, anak kita. Biarlah resiko dari pilihan mereka, mereka tanggung sendiri. Kita jangan menyulitkan hidup mereka."Beberapa kepala desa sepakat untuk membiarkan Pecha dan mengarahkan warganya untuk tidak menghukum mereka. Mereka di dorong untuk memiliki keahlian, yang dapat berguna untuk kehidupan mereka. Sebagian besar dari mereka memiliki keahlian bela diri, karena di awal-awal mereka muncul, banyak orang yang berusaha untuk mencelakakan mereka. Pecha yang paling sering diminta jasanya adalah Pecha yang berpenampilan laki-laki, karena dia bisa mengawal laki-laki maupun perempuan. Pecha berpenampilan perempuan, biasanya bekerja sebagai pengantar pesan atau barang, karena mereka tidak boleh berdekatan dengan wanita, hanya dengan laki-laki.
Saat Dayana mendengar kalau Salasy ingin mencari pengawal, dia mengarahkan orang kepercayaan Salasy untuk mengambil orang-orang Pecha. Salasy berfikir kalau dirinya di kawal oleh wanita, dimana sebenarnya mereka adalah anggota Pecha. Dayana tahu dengan pasti, di desa Ladang Jahut, tidak boleh untuk laki-laki berjalan dengan wanita, terutama yang sudah menikah, karena bisa membuat malu keluarga suami. Secara sengaja, Dayana menanamkan ide itu di kepala Salasy, agar mengikuti rencananya. Dayana membayar orang-orang di sekitar Salasy, agar terus menerus mengucapkan ide tentang pengawal wanita, agar bisa melawan pengawal Dayana dan Salasy mulai masuk jebakan Dayana. Sebenarnya warga desa manapun, tidak akan terlalu mengurusi hal seperti itu, karena sudah dianggap kuno. Semua karena Salasy sendiri yang mengangkat topik tersebut, yang pastinya bisa berbalik kepada Salasy. Demai dan Simnap juga anggota Pecha, tapi Salasy malah menggunakan isu Beum untuk menyerang Dayana, karena dia ingin menggunakan 1 batu untuk menghancurkan 2 orang musuhnya. Salasy sengaja ingin membenturkan antara Dayana dan pemimpin nama keluarga, karena dia tahu, anak kesayangannya yang bernama Clinta, juga sangat menyukai Beum. Salasy sengaja membesar-besarkan isu tentang Beum dan Dayana, agar Clinta sakit hati dan akan berpengaruh kepada Hakbonya. Salasy sengaja mengatakan kalau Beum sudah memiliki tunangan, agar Dayana tidak mendekati Beum, karena sahabat Salasy sangat mencintai Beum.
Salasy berada di dua situasi, rasa benci karena Beum menolak sahabatnya, kemungkinan bisa menguasai desanya dan dapat mengurangi pengaruh keluarganya di masa depan. Sedangkan di sisi lain, dia masih ingin melihat sahabatnya berbahagia, mendapatkan cinta Beum. Mungkin dengan menjatuhkan Beum, dia akan menuruti keinginan Salasy.
Dayana tidak merasa terganggu sama sekali dengan isu tentang Beum. Sebenarnya isu-isu seperti itu tidak akan terlalu berpengaruh kepada siapapun, kecuali kalau hal tersebut di sambungkan dengan kutuk, maka akan lain ceritanya. Saat keadaan sedang sulit, kadang-kadang, mereka memerlukan orang-orang sebagai pelampiasan keresahan hati mereka, karena semakin sulitnya hidup mereka. Salasy masuk dengan sangat sengaja ke area sensitif itu. Dayana mempunyai rencana tersendiri untuk Beum, sehingga dia biarkan isu tentang mereka semakin berkembang.
Dayana sudah mencari tahu latar belakang keluarga Beum. Kehidupan orangtuanya kurang beruntung, karena Suma-nya yang kaya tidak mau mengakui keberadaan Beum. Awalnya Suma Beum sangat menyukai menantunya, karena dia berasal dari keluarga terpandang dan kaya raya. Berjalannya dengan waktu, baru diketahui kalau umak Beum adalah anak angkat, yang tidak diangkat resmi dan tidak akan mendapatkan harta warisan apapun. Hanya untuk menjaga omongan warga desa, Suma Beum membiarkan Beum dan umaknya tetap tinggal di rumah, walau sebenarnya sudah sejak lama dia ingin mengusir menantu dan cucunya. Hakbo Beum langsung langsung diperintahkan untuk menikah dengan wanita lain dan tidak boleh lagi mendekati istrinya. Sejak saat itu, tidak ada hari dimana Suma Beum selalu mencari kesalahan menantu dan cucunya dan berusaha sekuat tenaga agar mereka segera pergi dari rumahnya. Umak Beum tidak mau menyerah dengan keadaan dan dia selalu mencari cara, agar dia dan anaknya selamat dari kekejaman umak suaminya yang sangat berkuasa.
Umak Beum adalah wanita pendiam dan cerdas. Sekuat tenaga, dia berusaha mendidik anak laki satu-satunya untuk menjadi orang yang tangguh dan pintar. Walau dia selalu mendidik anaknya dengan keras, tapi setiap malam dia akan berbicara dengan anak laki-lakinya tentang maksud dan tujuan yang sudah dia lakukan hari itu, agar anaknya tidak salah paham dan menyimpan sakit hati padanya. Bagi umak Beum, komunikasi dengan anaknya adalah kunci yang utama. Umak Beum menjalin hubungan yang sangat baik dengan warga desa, dengan sikapnya yang ramah, sabar dan penolong, sehingga dia berharap suatu hari nanti anaknya akan dilindungi oleh warga desa, kalau dia sudah tidak ada. Pelan-pelan, umak Beum mulai memiliki bisnisnya sendiri. Dengan sangat cerdik, dia mulai menjalin kerjasama dengan orang-orang di desanya, sampai keluar dari desanya. Itulah awal mulanya dia bisa berkenalan dengan Linbu Gora. Kekayaannya semakin lama sudah jauh melampaui kekayaan mertuanya, tapi dia tetap bertahan di rumah suaminya agar anaknya tetap mendapatkan hak dan nama keluarga.
Hal itu yang membuat Dayana semakin tertarik kepada Beum. Semua orang yang mengerti dengan adanya sebuah kebangkitan kerjasama besar-besaran, menyebut kalau Beum akan menjadi orang yang paling disegani. Rupanya apa yang dipikirkan oleh Dayana, tidak sesuai dengan yang direncanakan oleh Linbu Gora. Linbu Gora ingin keluarganya yang menguasai semua bisnis yang ada dan dia ingin, agar Dayana menikah dengan salah satu anak laki-lakinya. Dayana tidak tahu sama sekali, kalau Linbu Gora ingin menyingkirkan Beum dengan perlahan, karena Suma dari Beum, diam-diam mendatanginya dan menawarkan cucu perempuannya untuk menikah dengan salah satu anak laki-laki Linbu Gora. Suma dari Beum, mengatakan kalau menantunya tidak memiliki asal usul yang jelas, sehingga sulit untuk menilai karakternya dengan baik.
***