Hujan di Tanah Utara

Irvinia Margaretha Nauli
Chapter #46

46. Pesta adat besar-besaran penuh kasih

Dila dan Lara masuk dan duduk di hadapan kami. Mereka bersikap sangat ramah kepada kami, tapi aku dan Selena seperti patung, yang tidak tahu harus berkata apa. Kami sangat mengidolakan mereka.

“Baiklah, karena kalian sepertinya sulit untuk bicara, jadi dengarkan saja, kami yang bicara.” Aku mengangguk.

“Selamat datang untuk Liata dan Selena. Selamat karena kalian sudah melewati 7 tahun sekolah, lulus ujian akhir dan melanjutkan pendidikan di tempat ini. Kalian harus tahu, kalau kalian akan diarahkan untuk menjadi pengajar di sekolah asrama khusus perempuan, yang levelnya setara dengan sekolah kalian sebelumnya. Sekolah ini akan beroperasi 2 tahun lagi, karena sekarang sedang dalam proses pengurusan ijin dan bangunan.” Kami mengangguk-angguk.

“Sudah mencari pekerjaan?” Tanya Dila.

“Sudah. Kami sudah lulus tes dan mulai bekerja besok.” Dila dan Lara tampak terkejut.

“Cepat juga. Bagus.” Aku dan Selena saling melirik gembira.

“Harus kalian ingat, kalian akan menjadi pengajar perempuan pertama di sekolah baru ini.” Kami terdiam cukup lama, menunggu kalimat berikutnya yang akan dikatakan oleh kedua orang idola kami.

"Masih banyak yang harus kalian persiapkan. Aku harap, kalian jangan cepat puas dengan apa yang kalian miliki, tapi mau terus belajar dan mengembangkan kemampuan. Tidak ada kata berhenti belajar, untuk seorang pendidik. Ilmu akan selalu ada yang baru, jangan sampai ketinggalan. Selain itu, kalian akan melalui proses administrasi yang cukup panjang, tapi kami yakin itu bukan hal yang memberatkan kalian." Kami lagi-lagi terdiam.

"Apakah kalian sudah siap menjadi pengajar?" Aku dan Selena tersenyum lebar seraya menganggukkan kepala kami.

"Hal itu adalah yang saya impikan selama ini. Bisa mendapatkan kesempatan bersekolah, salah satu yang sangat saya syukuri." Aku memberanikan diri untuk mengungkapkan isi hatiku, di depan 2 orang yang sangat aku kagumi. Suatu hari, aku ingin seperti mereka.

Dila dan Lara tersenyum lebar ke arah kami.

**

Aku dan Lindung sudah mulai menabung dan mempersiapkan untuk pesta adat. Untung saja kami segera mendapat pekerjaan, sehingga proses pengumpulan dananya tidak terlalu lama. Akhirnya kami bisa menentukan tanggal. Semua sudah disiapkan, dana, tempat dan acara. Warga desa banyak yang membantu dan semuanya bisa lebih diringankan.

“Selena, aku pernah berjanji akan mengundangmu ke desaku. Apa kamu mau datang ke acara adat minggu depan?” Dengan cepat Selena mengangguk.

“Aku pikir kamu sudah lupa.”

**

Aklo Amal dan Aklo Uhsan berdiri di depan pintu yang berbeda, saling berhadapan. Semua keturunannya, berdiri di belakangnya. Semua sudah lengkap dengan baju adat dan bawa-bawaannya. Mulai terdengar lagu adat yang lembut, mengalun melalui pengeras suara. Pemimpin nama keluarga dan Raja yang ditunjuk, mulai memimpin acara adat secara bersahut-sahutan. Semua dijalankan sesuai dengan aturan dan adat leluhur kami. Sekitar 10 menit, kami mendengarkan Pemimpin nama keluarga membacakan kisah asal muasal sumpah dan kutuk itu, serta akibatnya apabila diucapkan. Lalu Raja melanjutkan dengan bagaimana membalik ucapan kutuk itu menjadi berkat.

Lihat selengkapnya