Seorang gadis berlari di lorong gelap yang tidak ada habisnya. Sunyinya tempat menjelaskan deru napasnya. Ia lari dan lari mengharapkan jalan keluar.
Tatapannya menerawang jauh ke depan. Sirat mata kesedihan, kehampaan, dan luka yang mendalam. Ia berhenti berlari lalu menyandarkan tubuhnya ke dinding.
Lorong ini mengartikan tentang dirinya. Hanya keheningan, kedinginan, dan kesunyian yang menyelimuti raganya. Menggapai harapan yang mustahil untuknya. Ia memejamkan mata menikmati dinginnya tempat ini yang mampu membekukan tubuhnya. Semakin ia berlari maka semakin terasa panjang lorong yang ia lalui.
Ruang mimpi itu mengoyak jiwanya menjadi kepingan-kepingan masa lalu. Ia berpindah tempat ke ruang kehampaan yang putih tanpa pintu bahkan jendela.
Suara gemercik air yang muncul dari benaknya senantiasa menemani gadis itu untuk bermain-main dengan kenangannya. Ia semakin gila. Masa lalunya yang indah dan kini hanya bisa dikenang bersama rasa sakit yang semakin hari semakin membabi buta.
Gadis itu tersenyum miris seraya menggulum bagian bawah bibirnya. Rasa sakit yang hanya bisa digantinya dengan senyum palsunya.