Love Letter

Benedikta Sonia
Chapter #1

Pertemuan Pertama

Pagi yang cerah dan burung berkicau, terlihat seorang wanita muda yang sedang memasak dan seorang anak remaja sedang menyapu rumah. Aroma masakan yang menggoda selera membuat anak remaja tersebut menghentikan kegiatan menyapu rumah. Suara sapu terbanting dan suara dentingan panci terdengar bersamaan.

“Kakak sudah menyiapkan sarapan, ya. Kamu makan dan segera siap ke sekolah, ya.” Suara wanita muda itu mengisi pagi yang indah. Seorang remaja menilik ke arah dapur dan menemukan sebuah kotak makan dan sepiring nasi goreng.

“Kakak mau ke mana? Kita tidak sarapan bersama?” tanya remaja tersebut. Sang kakak hanya tersenyum dan mengenakan jas kantornya yang sudah agak kuno tersebut. Dia mengelus kepala adiknya dan mengecupnya.

“Kakak akan berangkat kerja. Ini hari pertama kakak kerja.” Suara lembut itu mengiringi dentingan piring dan sendok yang beradu. Wanita itu mengambil kotak makannya dan berpamitan pergi dengan adiknya yang kelihatan santai menikmati makanannya.

--

“Selamat datang di BOBCoprs. Ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita muda menyambut kedatangan wanita yang berpakaian jas yang terlihat kuno tersebut.

“Um .... Saya ingin bertemu CEO Pramuda.” Wanita itu menjawab dengan ramah. Lihatlah, wanita yang tadi menyambutnya melihat dari atas sampai bawah dan tersenyum kecut.

“Baiklah, bisa saya tahu nama anda, Nona? Dan keperluannya bertemu dengan CEO.”

“Saya, Intan Permata dan saya mendapat sebuah panggilan kemarin bahwa saya diterima bekerja di sini sebagai sekretaris pribadi sementara.”

“Baiklah, saya akan meneleponnya.”

Terdengar sambungan telepon dan suara wanita itu memberitahukan segala informasi yang tadi dia dengar. Wajah ramah kembali diperlihatkan dan mengantarkan wanita yang bernama Intan Permata itu menuju ruang CEO. Ruang yang terletak di ujung itu memiliki suasana yang tenang dan damai. Pintu yang berwarna coklat tua itu diketuk dan terdengar suara perintah untuk masuk.

“Permisi, Tuan Pramuda. Saya mengantarkan sekretaris anda yang baru.” Wanita itu masuk duluan dan disusul oleh Intan.

“Baiklah, kamu boleh pergi. Terima kasih.” Wanita itu menundukkan kepalanya sebelum dia pergi meninggalkan ruangan itu.

CEO itu melihat dari ujung kepala hingga batas pinggang dan tersenyum seraya menyambut wanita muda tersebut. Intan kemudian menundukkan kepalanya seraya hormat dan kembali menegakkan kepalanya sambil tersenyum. Pria itu kemudian berdiri dari tempatnya dan menyambut dengan memberikan kesempatan duduk di sofa hitam nan elegan tersebut pada Intan, sekretaris barunya.

Lihat selengkapnya