Love Letter

Benedikta Sonia
Chapter #2

Jebakan

Kegiatan hari ini sangatlah lancar. Meneruskan panggilan dan menyiapkan berkas. Mencatat pesan dan hal lainnya yang dikerjakaan seorang sekretaris. Hingga tiba saat makan siang, Intan yang tidak sempat keluar untuk membeli makan siang memutuskan untuk membelinya lewat aplikasi pemesanan online. Terlihat beberapa menu yang lezat dan enak terlihat dilayar kaca ponsel tersebut.

“Harus aku pesan apa untuk makan siang ini, ya? Kelihatannya semuanya enak.” Intan melihat-lihat makanan tersebut dengan penuh tatapan lapar. Tiba-tiba, telepon yang ada di meja tersebut berdering dan terdengar suara seorang pria.

“Anda telah terhubung dengan CEO BOBCrops. Saya Intan sekretaris dari Tuan Pramuda. Ada yang bisa saya bantu?” Intan mengangkat telepon dengan suara yang ramah dan mengabaikan perutnya yang lapar.

“Saya ingin bertemu dengan CEO bisa? Saya sudah ada janji dan ada di lobby bawah. Tapi saya tidak tahu di mana ruangannya. Bisa tolong antarkan saya?”

“Baiklah Tuan. Jika boleh tahu, nama tuan siapa ya? Sehingga saya bisa memberitahukan CEO ketika beliau sudah sampai.”

“Dewata Indra.”

Pria itu menutup teleponnya dan dengan segera Intan menuju lobby. Tidak ada pria yang bernama Dewata Indra saat dilihat di buku resepsionist gedung. Intan mungkin menyangka beliau sudah pergi dan saat itu juga ponselnya juga berdering.

“Halo?”

“Hai!” Suara pria yang sangat asing ditelinganya terdengar.

“Dengan siapa saya berbicara?” Intan mencoba setenang mungkin untuk menjawab.

“Saya, Dewata Indra.” Mata kecil Intan terbuka lebar dan terkejut bukan main. Tubuhnya gemetar dan dia segera menutup telepon tersebut. Dengan segera berlari menuju lift dan masuk dengan perasaan ketakutan.

--

“Sial! Setiap orang yang bekerja dengan ayahku pasti dibela! Tapi, kelihatannya gadis ini sangat polos. Mungkin bisa aku kerjai.” Pria tersebut keluar dari ruangan tempat ayahnya bekerja dan tersenyum saat memasuki lift.

“Mungkin dengan sedikit penyelidikan bisa. Sebaiknya aku telepon Jina saja.” Pria tersebut mulai mengutak-atik teleponnya dan menelepon seseorang.

“Jina, aku ingin kamu menyelediki seseorang. Namanya Intan Permata.” Pria tersebut langsung keintinya tanpa basa-basi. Kemudian menutup teleponnya dan tersenyum licik. Pintu lift terbuka dan langsung disambut oleh supir pribadinya.

Siang ini terasa cerah, seindah senyum pria tersebut yang sedang memegang berkas berisi data seseorang. Dia segera mengambil ponsel dan memulai aksinya.

Lihat selengkapnya