Love Letter

Benedikta Sonia
Chapter #10

Hampir

Intan menjadi sangat was-was, bahkan selalu berpikir mengenai tadi. Intan menjadi pendiam setelah mendengarkan itu. Bahkan berakhir dengan menangis sendirian di bilik toilet. Dia begitu kasihan dengan Hera. Entah apa yang Intan pikirkan, tapi Intan yakin Hera punya sedikit sifat baik yang tertutup sifat jahatnya. Intan memandang dirinya di cermin dan tersenyum seraya memberikan semangat pada dirinya sendiri untuk kesekian kalinya.

--

“Sial!” Hera mengumpat setelah tiba di kamarnya. Dengan penuh amarah, Hera keluar kamar dan menyuruh seorang penjaga hewan untuk mengambil daging beku di lemari es.

“Ini Nona.” Seorang pria kekar memberikan daging beku pada Intan.

“Pecahkan dengan kepalamu.” Penjaga tersebut kaget dengan perintah dan dengan gemetar dia mulai mengentakkan kepalanya ke daging beku tersebut hingga sedikit mengeluarkan darah. Hera tersenyum mencium bau anyir darah itu dan pergi meninggalkan orang tersebut yang masih mengentak kepalanya. 3 orang datang dan menghentikan aksi itu, kemudian mengobati luka penjaga tersebut.

“Aku kira Nona sudah berubah sejak keluar dari rehabilitasi.”

“Mengerikan sekali tadi. Aku sempat melihat pistol di ruang Nona saat membersihkan kamarnya. Awalnya aku mengira itu hanya mainan. Kemudian aku mendekatinya dan terkejut itu adalah pistol asli.”

Bisik-bisik itu terus berlanjut dan beberapa mulai membubarkan diri untuk mengerjakan pekerjaan rumah lainnya.

--

“Tuan Muda?” Intan masuk ke ruangan Dias dan hanya berdiri di depan pintu. Dias yang melihat itu berdiri dari mejanya dan mendekati Intan.

“Ceritakan semua tentang Hera.” Dias yang terlihat kaget mundur mulai beberapa langkah dan menundukkan kepalanya seakan tidak percaya bahwa Intan menginginkan lebih untuk mengetahui Hera.

Melihat Dias yang mundur dan tertunduk, Intan menjadi tahu ada yang belum diceritakan.

“Ceritakan semuanya tentang Hera. Mulai dari pertemuan kalian pertama kali hingga perpisahan kalian.”

--

“Aku harap aku bisa bersenang-senang seperti ini setiap hari.” Dias menghela napas pada seorang pria di depannya. Kemudian tertawa sedih.

Lihat selengkapnya