Intan melepaskan pelukannya dan menatap Dias. Matanya yang sayu bertemu dengan mata tegas Dias yang mengeluarkan air mata. Intan mengusap mata Dias yang basah dan tersenyum lebar.
“Sekarang aku melihat malaikat pada dirimu.” Dias tersenyum mendengar itu. Dia kembali memeluk Intan. “Bolehkah aku meminta sesuatu?”
Bisikan Intan membuat Dias melepas pelukannya dan menatap Intan dengan lembut.
“Pertemukan aku dengan Hera.” Mata Intan yang sayu menjadi tegas terlihat tetapi tidak melupakan senyuman indahnya. Dias yang mendengar itu langsung membolakan mata terkejut.
“Tidak! Berbahaya! Dia bisa membunuhmu!” Dias langsung melepas pegangan tangannya pada pundak Intan dan menghadap ke lain arah.
“Apa kamu tidak mau melihatnya berubah seperti dirimu?” Suara Intan merendah dan masih menatap wajah Dias. Dias yang menghadap ke arah lain langsung menundukkan kepalanya.
“Jika aku bisa melakukannya, sudah kulakukan sedari dulu.”
“Untuk itu....” Dias kembali melihat Intan yang sudah memalingkan wajahnya menghadap depan. “Dia membutuhkan aku, sama seperti kamu.”
Dias melihat kesungguhan hati Intan terpancar dari matanya. Kemudian dia tersenyum dan memegang tangan Intan. Intan yang kaget langsung melihat wajah Dias kembali.
“Aku tahu malaikat akan menang melawan iblis. Selamatkan temanku dari penjara iblis sama seperti kamu menyelamatkan aku dari dunia kelamku.”
--
“Dias? Ada apa menelponku?” Hera terlihat bersemangat ketika Dias menelponya malam untuk bertemu. “Aku akan memberikan alamat lengkapku padamu lewat chat ya. Dah.... Sayang.”
Hera menutup teleponnya dan tersenyum sendiri. Kemudian mengambil sebuah botol kecil berisi bubuk biru dari lacinya.
“Mungkin aku bisa memakai kesempatan besok untuk merebutnya dari wanita itu.” Hera tersenyum dengan licik. “Selamat Hera! Dias akan tidur bersamamu besok.”
Sementara itu, Dias menutup teleponnya dan tersenyum pada Intan.
“Besok jangan makan dan minum apapun dari Hera! Aku takut dia akan meracunimu.” Intan tersenyum dan menganggukkan kepalanya. “Ayo kita pulang! Aku akan mengantarmu.”
Dias mengandeng tangan Intan dan berjalan bersama menuju lift.
--
“Dias!” Hera menyambut di depan pintu dan tersenyum. Pria itu terlihat angkuh dan tidak membalas senyuman Hera. Seorang wanita keluar dari mobil dan melihat ke arah Hera.
“Yang ingin bertemu denganmu bukan aku tapi tunanganku Intan.” Senyuman Hera luntur dan menatap benci pada wanita yang baru keluar dari mobil tersebut.
“Hai Hera!” Hera hanya memalingkan wajahnya dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Dias dan Intan.