Love Letter

Benedikta Sonia
Chapter #14

Save (Hope 2)

Pagi itu cukup indah, namun tidak bagi Dias yang terus terdiam menatap kertas itu. Kertas hasil penyelidikkan semalam. Dia hanya membolak-balikkan kertas tersebut dengan tatapan kosong. Entah apa yang Dias pikirkan saat ini. Kamar yang luas itu hanya berisi 2 orang, yakni Dias dan 1 pengawal Hera di suntik tidur. Dias menatap pria itu dengan tatapan yang sulit diartikan.

--

Rumah Dias terlihat lebih gelap saat itu, entah ini hanya suasana malam atau karena Dias membawa 2 orang pria yang ditahan oleh 2 penjaga Dias. Semua pembantu yang menyambut Dias malam itu terkejut dengan aura Dias yang terlihat seperti dulu, kejam dan dingin.

“Siapkan 1 kamar kosong di lantai atas.” Dias memerintah dengan dingin kepada semua pembantu. Karena semua pembantu merasakan aura itu langsung mereka melakukan sesuai perintah Dias.

Kamar yang biasa digunakan untuk gudang tersebut dibersihkan dan dirapikan semua barangnya. Terlihat hanya ada sebuah tempat tidur dan jendela yang langsung melihat kolam renang di bawahnya.

Setelah 15 menit menunggu, Dias terlihat duduk dan berpikir di sofa mewahnya kemudian berdiri melihat seorang pembantu berlari ke arahnya.

“Kamar sudah siap Tuan.” Pembantu itu menunduk memberi hormat. Dias mengucapkan terima kasih pada pembantu itu dan pergi meninggalkan pembantu itu yang masih membungkuk kaku karena kaget dengan ucapan Dias.

Dias dan semua pengawalnya menuju ruangan itu sambil membawa 2 orang itu yang sedari tadi meronta ingin dibebaskan. Dias membuka ruang itu dan masuk diikuti pengawalnya.

“Kalian! 5 orang di dalam ruangan ini dan aku minta tolong bantuan kalian untuk membantuku mengorek informasi dari 2 tawanan ini.” Dias mengatakan itu tanpa melihat pengawalnya dan hanya melihat ke arah jendela.

“Tuan sudah berubah menjadi baik. Kami akan menolong anda. Kalian bersiaga di sini, sisanya bersiaga di luar.” Pengawal yang terlihat seperti kepala dari semua pengawal itu memuji Dias. Setelah itu memerintahkan pada 5 orang di depan agar berjaga.

“Siap, laksanakan!”

Dias tersenyum dan membalikkan tubuhnya menatap pengawal yang berada di kamar itu. Pengawal yang lain sudah keluar.

“Pak, aku minta tolong untuk merekam semua pembicaraan ini. Berikan rekaman itu pada Ny. Can untuk diketik. Kemudian kirimkan minimal subuh nanti ke email saya.” Kepala pengawal itu tersenyum dan mengerti dengan apa yang diucapkan. Dia mengambil recorder dari kantong bajunya dan mulai merekam hasil.

“Mohon kerja samanya juga kepada kalian. Baiklah kita mulai.” Dias tersenyum kepada 5 pengawal di belakang 2 orang pria yang tetap dijaga oleh 2 pengawal. Kemudian dia menatap 2 orang itu dan mengeluarkan sebuah pisau dari saku bajunya. Kemudian mengelus pelan pisau itu dan menatap tajam 2 orang yang terdiam takut.

“Tuan terlihat lebih menyeramkan dari pada nona Hera.” Seorang dari tawanan itu tidak berani menatap Dias dan tertunduk ketakutan. Sedangkan tawanan yang satunya menatap Dias dengan tatapan nyalang. Seolah berkata bahwa dia lebih baik mati dari pada memberikan informasi.

Dias menatap pria itu dan memanggil salah satu penjaga.

Lihat selengkapnya