Dias melihat ke sekelilingnya. Terlihat kacau balau. Matanya membelalak melihat Buz sudah tergeletak tidak sadarkan diri. Dias segera memanggil sekretarisnya dan memanggil ambulans beserta polisi untuk datang dan memeriksa apa yang terjadi. Semua area kantor diamankan saat itu juga. Dilihatnya Deo yang hanya duduk diam memeluk kakinya dan tidak bergerak menjauh dari tempat itu.
“Aku yang membunuh mereka! Ilmu hitam meliputiku!”
Deo terus menyebutkan itu ketika akan dibawa pergi. Semua polisi yang mendengar itu terdiam dan saling menatap satu dengan yang lain.
“Ular itu ... Kalian harus membunuhnya!”
--
7 tahun berlalu, kematian Indah sempat membuat Intan frustasi dan kematian Buz membuat Dias sempat mengurung diri. Deo? Sejak kejadian itu dan polisi membawanya, tidak terdengar lagi kabarnya. Kini Intan dan Dias sedang menatap langit secara bersisian.
“Sudah lama, ya. Sejak kejadian itu.”
“Um! Benar! Aku hanya bisa berharap adikku bahagia bersamanya, bersama mereka!”
“Deo? Sejak kejadian itu, dia tidak ada kabarnya.”
“Aku menghawatirkannya.”
“Ya, aku juga.”
“Deo tampak linglung saat itu. Bahkan tidak henti-hentinya mengatakan bahwa dirinya diliputi ilmu hitam dan ular melingkar dilehernya.”
“Itulah ilmu hitam! Aku tidak tahu di mana dia sekarang. Tapi yang jelas dan aku yakin, eh bukan hanya yakin. Tapi sangat yakin dan pasti, dia sudah berubah. Deo sudah berubah.”
“Kamu percaya bahwa Deo main ilmu hitam?”
“Sejujurnya aku ragu mengatakan ini.”
Dias tampak terdiam sebelum melanjutkan ucapannya.