Hujan Paling Jujur Di Matamu

Hadis Mevlana
Chapter #10

Membuat Keputusan

Yudis coba menghubungi nomor Dewanti. Namun tak tersambung. Ia coba lagi dan lagi, namun tetap tak tersambung. Sialnya lagi, Yudis tak punya akses lain untuk menanyakan kabar Dewanti selain kepada Dewanti sendiri.

Ia menghela napas dalam dan berat. Ditatapnya wajah sang ibu penuh cinta. Kemudian menghampirinya pelan. Membetulkan selimut yang sedikit agak menurun tidak menutupi dada. Terdengar suara pintu diketuk pelan. Yudis menoleh, tenyata Rio, putra pertama Tante dan Omnya nongol dari balik pintu. Sambil nyengir Rio masuk.

“Kang Yudis sudah makan belum?” tanya Rio pelan takut membangunkan Bu Farida yang sedang tertidur lelap.

“Belum,” jawab Yudis singkat sambil menatap wajah keponakannya yang masih duduk di bangku kelas 3 SMA. Yudis melihat ada memar di pelipis keponakannya itu.“ Berantem sama siapa lagi?” Yudis sangat hafal karakter Rio yang memang sedikit tengil.

Rio nyengir. “Bukan berantem, Kang. Tapi dipukul Bapak!” jawab Rio santai.

“Makanya jangan nakal!” sahut Yudis.

“Nakal dikit mah tidak apa-apa atuh, Kang. Yang penting bertanggung jawab atas apa yang telah kita lakukan,” jawabnya seraya terkekeh.

“Emang kamu ngelakuin apa?”tanya Yudis.

“Rara hamil, Kang,” lagi-lagi jawaban Rio sangat tenang.

Yudis geleng geleng kepala. “Apa! Lu hamilin anak orang dan Lu masih bisa hidup tenang! Dasar berandalan!” Yudis kesal.

“Yah si Akang! Zaman sekarang menghamili dan dihamili itu soal biasa. Nggak ada yang mesti ditakutkan. Tinggal nikah, bereskan! Asal jangan hamilin bini orang aja,” Rio masih tetap dengan gayanya yang cuek dan tenang.

Lihat selengkapnya