Ratri mengangkat wajah. Kemudian menatap Yudis sekilas. “Neng ikhlas dan bahagia bisa jika bisa menjadi istri Kak Yudis. Tidak ada keterpaksaan sedikit pun,” pelan, tapi jelas terdengar oleh semua yang malam itu ikut berkumpul.
“Alhamdulillah ... berarti, semua sudah sepakat bahwa akad dilaksanakan minggu depan tanggal 30 Maret bakda magrib di Pondok Pesantren Al Ilma,” Ustad Suhada nampak lega.
“Semoga Allah meridhoi rencana kita ini.” Umi Siti pun wajahnya tak kalah cerah.
“Aamiin.”
Obrolan berlanjut sambil menikmati hidangan yang sengaja disediakan oleh keluarga Yudis. Wajah-wajah mereka secerah purnama malam itu. Bahkan Yudis nampak tenang. Kehadiran Ratri mampu membuat Yudis lupa kepada Dewanti. Malam itu purnama seolah turun di kediaman keluarga Yudis.
***
Padahal di Jakarta Dewanti sedang meratap tangis nasibnya. Yudis, pria yang sangat dicintainya tak juga datang. Ingin sekali ia menghubungi Yudis, namun, karena handphone-nya hilang ketika dia mengalami kecelakaan. ia tak bisa berbuat apa-apa. Sementara tak ada yang mempunyai nomor Yudis selain dirinya.