Hujan Paling Jujur Di Matamu

Hadis Mevlana
Chapter #11

SAH!

Di Jakarta, Dewanti menangis pilu. Yudis, pria yang sangat dicintainya, tak kunjung datang. Ia ingin menghubunginya, tapi ponselnya hilang saat kecelakaan itu. Tanpa kontak Yudis, ia tak bisa berbuat apa-apa.

Arya, sahabat setianya, sudah berusaha mencari Yudis ke galerinya. Namun, hasilnya nihil. Yudsi itu seolah lenyap tanpa jejak.

"Mungkin Yudis pulang ke Bandung dulu, De," ujar Arya malam itu, menemani Dewanti di rumah sakit.

"Tapi kenapa? Apa tak bisa dia menemuiku, walau sebentar saja?" Suara Dewanti bergetar, air matanya jatuh tanpa henti.

Arya terdiam. Hatinya iba melihat Dewanti yang begitu rapuh. Ada amarah yang bergejolak dalam dirinya terhadap Yudisyang telah menyia-nyiakan sahabatnya itu. Namun, ia memilih menahannya. Dalam hati, ia berjanji, jika suatu saat bertemu dengan Yudis, ia akan meminta pertanggungjawaban darinya.

"Kamu punya alamat Yudis di Bandung, De?" tanyanya pelan.

Dewanti menggeleng lemah. Rasa sakit di kepala dan kakinya makin terasa, tapi itu tak sebanding dengan luka di hatinya. Mata coklatnya yang dulu bercahaya kini redup, kelam, kehilangan harapan. Tak lama, tubuhnya melemah, lalu pingsan.

Arya panik. "Suster! Tolong!" serunya.

Pak Jovan, yang baru pulang mengantar istrinya ke mushola untuk salat Isya, terkejut mendengar suara Arya. Tanpa berpikir panjang, ia bergegas masuk ke kamar Dewanti. Perawat datang segera, memberi pertolongan. Arya berdiri di sisi ranjang, sementara Pak Jovan berdiri di sisi lainnya, wajah mereka penuh kecemasan.

Saat Bu Nining masuk ke ruangan, Dewanti mulai siuman. Namun, perawat segera menyuntikkan obat pereda nyeri, dan tak lama kemudian, ia kembali terlelap. Arya, Pak Jovan, dan Bu Nining menghela napas dalam. Mata mereka basah oleh haru.

Di dalam ruangan itu, keheningan terasa menyesakkan. Hanya suara detak jam dan mesin pemantau kesehatan yang terdengar, seolah menghitung waktu yang berjalan lambat dalam kesedihan Dewanti.

***

Esoknya, Arya kembali mendatangi galeri milik Yudis di kawasan Kemang. Namun hingga siang hari, galeri itu tetap tutup. Beberapa pengunjung tampak kecewa karena tak menemukan sang seniman. Hati Arya makin geram.

Lihat selengkapnya