Hujan Paling Jujur Di Matamu

Hadis Mevlana
Chapter #30

Demi Allah!

Setiap kejadian itu terbayang, Amarah, sakit hati dan keputusasaan berbaur menjadi satu dalam dadanya. Membuat napasnya sesak. Andai bunuh diri bukan sebuah dosa, pasti Ratri telah mengakhiri hidupnya sejak dulu. Tapi ia sadar, bunuh diri bukanlah pemecahan dari masalah yang sedang dialaminya kini.

Terkadang terpikir oleh Ratri untuk menggugurkan kandungannya. Tapi lagi-lagi jiwa perempuannya menolak. Ratri sadar janin dalam rahimnya tak berdosa. Bagaimanapun ia berhak untuk lahir ke dunia. Tapi Ratri tak ingin terus tersiksa dalam duka dan air mata.

“Aku harus segera mengatakan ini kepada Umi dan Abi,” lirihnya.

“Dan, aku akan menanggung apapun akibatnya. Setidaknya mereka tahu, derita apa yang sedang aku alami kini,” ucapnya lagi dalam hati. Air matanya pun terus berlinang. Mengalir, bermuara pada sepi.

Malam kian sunyi. Denting jam di dinding seolah requiem yang diaransir ulang dari denyut nadi menambah suasana malam kian mencekam. Dari dapur, terdengar Bu Farida batuk-batuk. Makin lama, batuknya makin keras dan sering. Ratri sedikit cemas. Segera disekanya air mata. Lalu segera keluar menuju dapur.

“Ibu sakit?” tanya Ratri sambil memegang bahu Bu Farida dan mencoba memijit-mijitnya.

“Ah, nggak apa-apa kok. Mana suamimu? Kok malah kamu yang keluar?”

“Hmmm … anu, Bu.”

Belum sempat Ratri meneruskan kata-katanya, Bu Farida memegangi dada sambil meringis. Membuat Ratri semakin cemas. Segera digandengnya Bu Farida dan mengajaknya kembali ke kamar. Namun, ketika melewati ruang tengah, tiba-tiba Bu Farida limbung hampir saja terjatuh jika Ratri tidak segera memeluknya.

“Ibu kenapa?” Ratri sangat cemas.

Bu Farida tak menjawab karena detik selanjutnya ia sudah tak sadar.

Ratri sangat panik. Segera didudukan Bu Farida di sofa. Ia berteriak memanggil Mang Dadang. Tak lama Mang Dadang pun datang bahkan Bi Nengsih pun turut serta. Mereka pun sangat panik ketika melihat Bu Farida tergeletak di sofa.

“Ambilkan kunci mobil di laci meja rias, Bi!” seru Ratri.

Tanpa menjawab, Bi Nengsih segera berlari ke kamar majikannya. Sementara Ratri dan Mang Dadang berusaha menyadarkan Bu Farida dengan memijit kakinya. Ketika Bi Nengsih datang, Ratri pun meminta Mang Dadang untuk membopong Bu Farida menuju mobil yang kebetulan akhir-akhir ini tidak pernah dimasukan ke garasi. Bi Nengsih segera membuka pintu pagar. Tanpa banyak kata lagi, Ratri segera membawa Bu Farida ke rumah sakit.

***

Lihat selengkapnya