بسم الله الرحمن الرحيم
"Menurutmu bahagia itu darimana? Apakah dari kepopuleran? Ataukah ketampanan? Atau kesempurnaan? Kekayaan? Penggemar yang banyak? Atau dari kekuasaan?
Apakah benar itu syarat kebahagiaan? Lalu, bagaimana jika kamu tidak memilikinya apakah itu berarti kamu tidak bahagia?"
***
Bahagia itu dari hati. Namun, sedikit orang yang mampu memahaminya. Sehingga pada akhirnya mereka hanya berpura-pura.
***
Hari pertama di bulan Desember, kesibukan yang bergerak terus memadati kota. Bagai detak jantung yang tiada berhenti mengejar terus mengejar harapan yang sebenarnya tak dapat digapai. Apalah arti dunia jika dinilai hanya dari segi materi dan penampakan di luarnya saja.
Apakah dunia begitu berharga tanpa watak dan sikap yang baik dari inti jiwa seseorang? Lalu, bagaimana seseorang bisa belajar sikap yang baik jika ia tidak tahu caranya? Bagaimana ia memulai? Dengan apa ia harus mencoba? Bahkan untuk satu hal pertanyaan yang penting, untuk siapa ia akan melakukannya?
Bukankah dunia ini begitu jahat baginya jika kebanyakan orang hanya menilai dari segi yang ia suka saja atau dari apa yang tampak tanpa peduli pengorbanan yang ia lakukan demi meraihnya. Apakah manusia bisa melihatnya? Apakah manusia mampu menghargainya secara sempurna? Tentu saja tidak.
Malam-malam yang gelap di hati manusia yang masih tertutup akan hakikat sejati kehidupan. Meski jauh dibawah sana, di permukaan bumi tempat daratan di huni manusia, di sebagian wilayah yang berpenghuni padat atau sebagian yang masih renggang dipenuhi pepohonan dan pemandangan yang hijau, kelap-kelip lampu yang menyala menandakan angan-angan yang berusaha mereka raih.