Hujan Pythagoras

Nurul Wulan Rahmawati
Chapter #3

Bagian 3 Pertemuan

***

"Kamu sudah bangun?"

Aku membuka mataku pelan dan melihat seorang gadis tengah tersenyum menatapku. Aku terkaget dan bangun seketika. Dan tanpa kusadari aku tidur di sebuah tempat tidur yang hangat dan empuk. Aku memegang kepalaku yang agak pusing dan badanku yang merasa tidak enak.

"Apakah dia sudah bangun, Chilla?" Tanya seorang nenek yang membawa nampan berisi bubur dan teh hangat masuk ke dalam kamar. Dan anak perempuan yang dipanggil Chilla tersenyum mengangguk membantu neneknya menurunkan makanan di meja samping tempat tidur.

"Sepertinya kamu deman, nak. Badanmu hangat. Ini diminum dulu!" Dengan bantuan nenek aku meminum teh hangat itu. "Siapa namamu?" Tanya nenek itu lagi sambil tersenyum membelai rambutku yang masih basah.

"Angga." Jawabku pendek.

"Nak Angga, rumahnya dimana?" Tanya nenek itu lagi. Kali ini aku memilih diam tidak menjawab.

"Nak Angga, pergi dari rumah ya. Kalau boleh tahu kenapa?"

Aku hanya merunduk pura-pura tidak tahu. Rasa sakit tadi malam masih menancap kuat direlungku.

"Dengar, Nak Angga. Nak Angga harus pulang ya nanti ibunya Nak Angga khawatir, lho?"

Seketika mendengar pertanyaan itu, rasa sedih yang menimbun di hatiku memuncak lagi. "Aku tidak punya Ibu. Ibukku pergi dari rumah." Teriakku membuat nenek di hadapanku terkejut.

"Ibukku pergi dan gak pernah pulang lagi." Kataku sambil menangis dengan suara yang makin menghilang di ujungnya. Aku tidak tahu. Rasa sakit kehilangan ini datang lagi dalam hidupku. Membuatku merasa sangat kesepian dan ketakutan.

Nenek itu langsung memelukku dengan erat dan membawaku ke dalam pangkuannya. Mengelus-elus kepalaku dengan lembut dan berusaha menenangkan diriku yang penuh dengan tangis.

"Dengar, sayang. Kehilangan orang yang kita cintai itu wajar. Ada banyak orang kehilangan orang yang mereka cintai seperti ibu, bapak dan saudara-saudara mereka. Dan kehilangan itu bukan membuat kita makin lemah dan putus asa namun justru membuat kita makin kuat dan jauh lebih tegar. Kalau misal Ibumu pergi meninggalkanmu setidaknya kamu masih memiliki Allah. Tuhanmu tidak akan pernah meninggalkanmu selamanya.

Manusia boleh saja datang dan pergi. Tapi, Allah tidak. Allah akan selalu menemanimu dan tidak akan pernah pergi meninggalkanmu selamanya." Kata-kata nenek yang menyentuh relung hatiku menumbuhkan harapan baru dalam hidupku.

"Tapi, nek. Allah gak ada di sampingku?" Tanyaku polos masih mencari keyakinan.

Lihat selengkapnya