Hujung Tanah

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #7

Jung

Kapal Melayu tercepat merupakan kapal pertama di dunia yang menggunakan layar berbentuk persegi empat yang dapat diputar sesuai arah angin dan dapat digulung bila tidak digunakan pada abad ketiga Sebelum Masehi. Barulah pada jaman wangsa Han pada tahun dua ratus enam Sebelum Masehi sampai dua ratus dua puluh satu Masehi, bangsa Cina tercatat mulai menggunakan kapal layar semacam ini.

Bangsa Melayu memang terkenal jawara di lautan. Kerajaan Sriwijaya memiliki angkatan laut yang berjaya di seantero nusantara yang berbentuk kepulauan itu.

Begitu pula jung raksasa milik kerajaan Songkhra yang bersandar di dermaga itu, memiliki lunas atau bagian dasar kapal, dua linggi tinggi yang berguna untuk menyatukan dua lambung kapal, dinding terjahit berlapis, dua kemudi birai, dua tiang dengan layarnya yang segiempat, layar linggi depan, dan pengapung atau cadik ganda. Jung ini dapat memuat sampai seribu orang dan sangat cukup membawa beragam ternak dan bahan makanan.

Kemahiran membuat kapal oleh orang Melayu ini memang telah beratus tahun diwariskan oleh kerajaan Sriwijaya kepada Darmasraya dan negara-negara Melayu lainnya serta tentunya Songkhra. Meski jung-jung lebih besar lainnya dengan tiga sampai empat layar sekaligus dimiliki oleh negara-negara yang lebih besar, seperti Darmasraya atau mungkin Singhasari di pulau Jawa, jung besar milik Songkhra ini sudah cukup dijadikan wadah pelarian sang raja dan pengikutnya.

Kapal-kapal lain sudah mulai dipenuhi penumpang pula. Tujuan mereka adalah pergi dari tempat terkutuk ini. Sudah tak dipedulikan lagi apakah kapal-kapal yang mereka tumpangi ini hendak berlayar ke seberang lautan, mengikuti sang raja di kapal utama, atau ke ujung bumi sekalipun asal menjauh dari bara api angkara murka di tanah yang semula merupakan tempat mereka hidup.

Api kemarahan nyatanya memang telah berubah menjadi api yang sejati. Awalnya Dama’ Bintang sang Pengeran Sulong memikirkan dengan baik rencana dan hasil dari pertempuran ini. Ia sengaja hanya mengerahkan secuil pasukannya, walau merupakan prajurit-prajurit pilihan. Kemenangan harusnya dapat diraih dengan cepat dan tanpa menunggu waktu terlalu lama. Ia tak mau menghancurkan terlalu banyak bangunan, sawah, atau nyawa warga karena semua diperlukan ketika Songkhra menjadi satu kembali.

Sebuah kerajaan memerlukan rakyat untuk bekerja, memberikan upeti dan membayar pajak. Seorang raja memerlukan rakyat untuk memujanya. Sebuah istana memerlukan keagungan karya cipta bangunan-bangunan indah lain sebagai penunjangnya. Ketidakmampuan Dama’ Bulan dalam memimpin pasukan dan pengalamannya yang hampir tidak ada di medan peperangan meyakinkan Dama’ Bintang akan kemenangan yang didapatkan dengan cepat dan singkat.

Itu rencana awalnya.

Lihat selengkapnya