Sang pemuda dari Tanah Balang meletakkan lela naga dari kerajaan Songkhra ke tanah. Ia menunduk dan menjura ke arah Dama’ Bulan. Entah bagaimana Dama’ Bulan dapat meihat kesungguhan sekaligus kedamaian terpatri di raut wajah sederhananya. Keteguhan hati sang pemuda pun terpancar dari setiap gerak-gerik sampai kerutan di setiap jengkal kulitnya.
“Apakah engkau sungguh siap dengan apapun yang akan terjadi padamu, wahai pemuda?” tanya sang raja muda tersebut.
“Ampun, Duli Tuanku, Baginda Raja. Hamba sudah tahu apa yang akan terjadi. Karena itu pula yang para Lapongke minta. Mereka telah hadir di tempat ini, karena memang disinilah letak kerajaan kaum tersebut.”
“Dan engkau akan menjadi bagian dari mereka, bukan?”
“Ampun Tuanku, hamba sadar penuh. Ini semua demi kejayaan Songkra dan bangsa Melayu kerajaan kita.”
Dama’ Bulan menghela nafas panjang dan mengangguk. Sang raja muda itu sudah paham dengan apa yang bakal terjadi dengan sang pemuda. Itu sebabnya, ketika ia menawarkan diri untuk menemani sang pemuda ketika ia hendak menyalakan sumbu peluru meriam lela naga itu, sang pemuda menjura untuk menolaknya. “Ampun, Tuanku Baginda Raja. Memang sudah garis hidup hamba yang harus tergambarkan di tanah ini,” ucapnya. Raut keteguhan hati tertoreh di wajahnya yang mengeras dan menegas itu. “Hamba mohon agar Tuanku Baginda Raja untuk undur diri dari mungguk ini. Biarlah hamba seorang diri yang akan menyalakan lela naga ini agar keselamatan Tuanku Baginda Raja dapat terjamin.”
Dama’ Bulan entah bagaimana paham dengan keputusan dan permintaan sang pemuda. Ia mengangguk, sekaligus sebenarnya memberikan penghormatan besar kepada kawulanya tersebut.
Dama’ Bulan kembali menuruni mungguk tersebut. Panglima Singa Guntur Baju Binduh langsung mendekat, bersama dengan para pengawal lain untuk membantu junjungan mereka tersebut.
“Aku tidak apa-apa Panglima. Mari, kita menjauh dari mungguk. Pemuda dari Tanah Balang akan menyulut sumbu dan meledakkan lela naga. Kita harus mencari tempat perlindungan,” ujar Dama’ Bulan.
Tanpa memerlukan banyak penjelasan lagi, semuanya menuruti perintah sang raja. Kangkangan sang raksasa berbulu tidak lantas membuat mereka terheran-heran terlalu lama lagi. Semuanya sudah aneh semenjak tak satupun mampu mengangkat lela naga kecuali sang pemuda tersebut. Berbekal kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan batin sang raja, Panglima Singa Guntur Baju Binduh dan para pengawal segera saja mencari tempat berlindung, sekaligus melindungi sang raja.