Membutuhkan waktu tiga tahun bagi rombongan ini untuk tinggal kemudian di sebuah wilayah dataran dekat persimpangan sungai. Awalnya, dataran di bagian selatan menjadi tempat yang dirasa pas bagi rombongan Dama’ Bulan untuk tinggal, tetapi setahun kemudian, bagian utara tepat di muara persimpangan sungai besar dan kecil itu yang dijadikan pemukiman.
Semua berawal dari kebingungan dan keraguan diantara rakyat Songkhra ketika dihadapkan pada sungai yang bercabang. Awalnya, Dama’ Bulan berpikir sederhana. Mereka tinggal mengikuti sungai besar yang terus ke arah timur, ke hulu. Namun, Danum menghendaki agar Dama’ Bulan berpikir masak-masak dan matang-matang mengenai keputusan yang hendak ia ambil tersebut.
“Ampun, Tuanku Paduka Raja. Apakah mungkin bilamana keputusan Tuanku dipertimbangkan kembali?” ujar Danum.
Tidak hanya sosok orang yang paling ia percayai itu, Dama’ Bulan juga mendapatkan pendapat yang berbeda dari beberapa tokoh lain di kelompoknya. Danum berpendapat bahwa dahulu ketika masih bertempat tinggal di kerajaan Songkhra, Danum memperhatikan bahwasanya para pedagang dan pelancong yang datang ke tanah Songkhra berasal dari arah timur. Arah timur menjadi tujuan yang masuk akal karena itulah pusat para pendatang tersebut.
Namun, Singa Elang berpendapat berbeda. Selama bertahun-tahun tinggal di Hujung Tanah, mereka belum bertemu dengan pemukiman warga. Bila harus masuk ke sungai kecil, maka kemungkinan itu akan semakin kecil. Pemukiman penduduk, kerajaan dan peradaban pastilah dibangun di tepian sungai-sungai besar dan utama.
Baru saja kelompok ini mendapatkan pencerahan di dalam perjalanan mereka, kini mereka sudah ditempa keraguan bahkan perpecahan kembali.
Dama’ Bulan tidak mau tergesa-gesa mengambil keputusan. Beberaa tahun yang lalu, Manok Sabong dan rombongannya telah berangkat meninggalkan Labai Lawai dan tak kembali lagi. Bila memang akan ada kejadian yang serupa, ia harus memutuskannya dengan bijak terlebih dahulu. Itu sebabnya, Dama’ Bulan memerintahkan untuk membangun wilayah di bagian selatan persimpangan sungai. Selama setahun mereka hidup di tempat itu membangun pemukiman dengan kemampuan yang telah terasah bahkan telah diturunkan kepada mereka yang muda-muda.
Dua tahun berikutnya dihabiskan di daratan bagian selatan, Dama’ Bulan memutuskan mereka untuk berpindah pusat ke bagian utara persimpangan sungai. Ini dikarenakan banyak warga yang juga telah membangun pemumikan disana. Tanahnya yang baik untuk pertanian, airnya yang kaya oleh ikan, serta tetumbuhan liar dengan buah-buahan menjadi alasannya. Meski tidak sekaya Labai lawai, terbukti rakyat Songkhra ini telah mampu dan matang mengurus kehidupan mereka dengan cara yang terus-menerus dipelajari serta diasah.