Hujung Tanah

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #41

Senandung Para Pendayung

Seharian penuh empat dedaup Dama’ Bulan dikayuh melawan arus dari hulu, banyak pula jeram. Setiap kayuhan adalah perlawanan, semua tahu akan hal itu.

Arah hulu sungai adalah awal aliran sungai yang biasanya berasal dari pegunungan atau perbukitan. Air sungai yang semakin jernih semakin ke hulu seakan menandakan bahwa pusat peradaban terletak di atas sana. Arus yang deras bak menandakan perjuangan untuk mencapai kejayaan.

Beberapa pendayung mulai berdendang. Nyanyian tanpa bentuk dan tanpa syair, hanya untaian nada-nada acak sebagai penghibur belaka. Mungkin sebagai semangat untuk terus mengayuh. Satu nyanyian pendayung dedaup yang berisi sekitar dua puluh orang itu tentu mempengaruhi yang lainnya. Senyum dan tawa cerita mulai terbit dari wajah-wajah mereka.

Tiga dedaup lain serupa pula. Jalinan nada membayang di angkasa, hinggap di telinga para pendayung lain yang kemudian ikut melagukan dengan gaya mereka sendiri.

Lama-kelamaan setiap nada menjadi selimut perjalanan mereka.

Malam menjelang, kelam menerjang.

Nada-nada kini menjadi lebih seragam karena setiap pendayung menyambung untaiannya.

Dengunan dendang mendayu-dayu di udara, melayang di atas arus sungai, mengendap di dalam dada karena terus dinyanyikan secara berulang-ulang, berulang-ulang, berulang-ulang.

Pekatnya kegelapan malam sepertinya berhasil dilawan oleh senandung para pendayung tersebut.

Pagi menjelang, mentari terbit, sinarnya memantul keemasan di permukaan air.

Nada-nada masih terdengar, bahkan semakin jelas. Tidak hanya cukup dikenal oleh semua orang yang berada di atas dedaup, tetapi nada-nada itu semakin merdu dan enak didengar. Sepertinya semua orang terlena dan seakan ikut menyanyikannya.

Empat dedaup melewati perairan sungai dengan bebatuan terhampar di sisi kanan mereka. Batu-batu besar bertumpuk-tumpuk dan tertata sedemikian rupa.

Arus melambat ketika dedaup-dedaup sang Aji Melayu tersebut mendekati wilayah bebatuan itu.

Dama’ Bulan keluar dari dedaup, memperhatikan dengan seksama, walau tak ada satupun hal yang begitu mencuri perhatiannya.

Para pendayung berhenti bersenandung. Ada semacam suasana berbeda ketika memasuki wilayah perairan tersebut. Semua terasa tenang, semuanya terasa damai.

Lihat selengkapnya