Hujung Tanah

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #48

Sendi-Sendi Akal Sehat

Danum terpukul. Bukan hanya para warga yang kebingungan serta merasa ngeri di saat yang sama, Danum yang bertugas memimpin rakyat Melayu Songkhra inipun seperti tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Sendi-sendi akal sehatnya sudah runtuh hampir seluruhnya.

Kokok ayam terdengar lagi.

Panglima Singa Pati Bangi sang Melayu dari negeri Palembang yang bertubuh ramping serta berkulit putih bersih itu bersama rekan pendekarnya, Singa Pati Bardat, segera menghadap Danum.

“Ampun, Tuanku. Ampuni hamba atas kelancangan hamba untuk unjuk buah pikiran,” ujar Panglima Singa Pati Bangi.

Danum menatap wajah sang Panglima lekat-lekat. Laki-laki itu menunduk. Di sisi Singa Pati Bangi, berdiri rekannya yang akhir-akhir ini hampir selalu bersamanya, Singa Pati Bardat, seakan menggantikan tempat Manok Sabong sebagai sepasang pendekar yang pilih tanding.

“Keluarkan apa yang ada di dalam benakmu, Panglima,” ujar Danum.

Panglima Singa Pati Bangi kembali menjura, kemudian mulai berbicara. “Ampun Tuanku, menurut hemat hamba, akanlah lebih bijaksana bisa kita bisa melihat keadaan ini dengan lebih terang benderang. Hamba yakin Tuanku pun sudah mencoba mencari pemikiran yang paling masuk akal dengan kejadian ini. Rakyat kita sudah terlalu gempar dan dibuat bingung karena pekerjaan mereka seharian penuh, serta dipenuhi hal-hal aneh, ternyata tidak menghasilkan sesuatu.”

Panglima Singa Pati Bangi kemudian melirik ke arah Singa Pati Bardat, seakan memberikannya tanda. Nampaknya keduanya memang telah membahas hal ini bersama sebelumnya.

“Ampun, Tuanku, Danum yang kami hormati. Hamba juga meminta ampun bila memang terlalu lancang ikut sumbang suara. Bukan karena tidak menghormati kepemimpinan Tuan – semoga Dewa melaknat hamba bila itu sungguh terjadi – namun, Tuanku Datuk Udak mungkin sekali memiliki jawaban atas keanehan ini. Tuanku Datuk Udak bersama Tuanku Paduka Raja Dama’ Bulan sang Aji Melayu dari kerajaan Songkhra tercinta kita adalah dua orang tokoh yang sama-sama memeluk dunia gaib dengan kekuatan batin mereka. Rombongan kita memiliki salah satu tokoh tersebut,” ujar Singa Pati Bardat yang juga berdarah Melayu Palembang, Melayu Sriwijaya, itu panjang lebar.

Lihat selengkapnya