Hujung Tanah

Nikodemus Yudho Sulistyo
Chapter #64

Tepat dimana Jantung Berada

Belasan tahun yang lalu, Manok Sabong memutuskan untuk menyumbangkan pengambdian terbaiknya bagi masyarakat Songkhra yang begitu ia cintai. Ia memohon kepada Dama’ Bulan, sang Pangeran Muda, sang raja separuh negeri Songkhra, untuk melepaskannya pergi mengarungi sungai terlebih dahulu mencari letak kerajaan Tanjung Nagara. Ia meninggalkan Labai Lawai sebagai ujung tombak masyarakat Melayu Songkhra, mungkin sebagai pengorbanan diri pula, melewati halang rintang bumi yang tak mereka kenal tersebut menggapai tempat yang mereka tuju.

Dengan persetujuan dan restu Dama’ Bulan, Manok Sabong berpisah tidak hanya dengan raja junjungan dan rakyat Songkhra, tetapi juga sahabat seperjuangannya, Singa Pati Bangi, yang telah bertahun-tahun lamanya bersama-sama berjuang hidup dan mati di medan laga serta berbagai pertempuran.

Sebuah dedaup yang bisa mengangkut sampai dua puluh orang hanya diisi ia dan sepuluh orang prajurit pilihan. Bahkan ketika berangkat pun, mereka hanya mempersenjatai diri dengan keris dan pedang yang merupakan senjata pribadi. Tomak-tombak, tameng, dan meriam ditinggalkan di Labai Lawai sebagai pusaka dan harta keamanan wilayah baru mereka tersebut.

Memang awalnya tidak ada rasa sesal di hati Manok Sabong yang memberanikan diri pergi bersama sepuluh prajurit pengawalnya. Namun, yang terjadi kemudian hari membuat hati seorang Manok Sabong mencelos dan hancur sejadi-jadinya.

Dari beragam peperangan, mungkin ketika tiba di tanah asing ini adalah pengalaman berperangnya yang paling melelahkan dan menguras habis tenaganya. Rombongan kecil di dedaupnya harus menghadapi serangan alam yang menggoncang jiwa. Tidak ada sosok Datuk Udak, tidak ada sosok Dama’ Bulan sebagai dua orang yang mampu membimbing mereka melewati badai gaib.

Selama belasan purnama mereka lewati, cabang-cabang pepohonan yang membuka seakan memeluk bumi, air sungai yang keruh menyimpan rahasia dan kengerian di dalam kegelapan malam, serta bebunyian aneh tak dikenal di lorong keremangan malam membuat mereka tersiksa dengan kewaspadaan. Empat prajurit yang bertugas berjaga dan mendayung dedaup, di suatu malam, serentak tergemap melihat sosok-sosok tembus pandang, serupa manusia, tetapi terlalu jauh untuk berciri manusia sejati, mengambang di atas permukaan sungai berair gulita nan gelita.

Tombak dari bambu yang ujungnya diruncingkan dan dipanaskan agar sempurna lancipnya tergenggam di tangan mereka, tetapi rasa takut lewah di dalam diri mereka. Sosok-sosok tersebut menyerupai jurai-jurai kain yang melayang-layang, tak basah, tak pula terlalu kering. Sinar alami langit yang kebiruan sedikit saja membantu penglihatan mereka, tetapi cukup kuat mencengkram rasa gentar dan ngeri.

“Ini sudah yang keberapa kali dalam beberapa pekan?”

Keempat prajurit tersebut terkesiap. Manok Sabong ternyata terbangun dan juga ikut serta melihat pemandangan gaib tersebut.

“Terlalu banyak hal yang tidak kita ketahui di pulau ini. Kita tidak memiliki waktu untuk selalu ketakukan. Kalian sudah memutuskan untuk mengikutiku, bukan?” ujar Manok Sabong.

“Ampun, Tuan Manok Sabong. Daulat. Kami selalu setia dengan Tuan. Kami tidak menyesal telah mengikuti Tuan sampai saat ini. Namun, jujur, kami hanya tidak biasa berhadapan dengan mahluk-mahluk gaib, aneh dan mengerikan yang memenuhi pulau ini. Kami tak tahu apa yang mereka inginkan. Apakah sekadar lewat dan memamerkan bentuk sosok mereka, atau sungguh menantang serta menakut-nakuti kita? Bila ya, bagaimana melawan mereka?” ujar salah satu dari prajurit tersebut.

Manok Sabok, sosok berwajah tampan tetapi beraut wajah keras tertempa oleh pertempuran demi pertempuran itu memaksakan senyum. “Sisakan tenaga dan rasa takut kalian pada bahaya yang sungguh-sungguh nyata saja.”

Kata-kata itu adalah ucapan terakhir Manok Sabong kepada para pengikut dan pengawalnya karena esok harinya, marabahaya yang sungguh-sungguh nyata itu hadir memunculkan dirinya.

Pagi-pagi buta, desingan jarum tulup menghujani mereka ketika dedaup memasuki sebuah lajur sungai kecil.

Lihat selengkapnya