Hukuman Murid Ke - 38

Athiyah Nazifah
Chapter #19

Delapan Belas: Tell Me Your Secret

Festival Jayatri segera tiba

Sama seperti dengan sekolah lain, Jayatri punya acara khusus untuk merayakan hari jadi sekolah mereka. Sebuah festival yang diadakan selama 3 hari dimana, hari pertama sebagai perlombaan antar kelas, hari kedua sebagai pagelaran seni internal lantas di hari terakhir barulah diselenggarakan sebuah acara besar yang dibuka untuk umum. Perayaan ini jelas selalu dinantikan murid Jayatri setiap tahunnya, sebab selain acara puncak seluruh murid diharuskan berpartisipasi dengan imbalan beberapa poin tambahan untuk penilaian Jayatri. Namun, yang paling penting adalah kelas yang berhasil memenangkan perlombaan pada hari pertama serta kelas yang menampilkan pertunjukkan terbaik akan mendapat tambahan poin sebanyak 200 poin untuk setiap murid didalamnya. Sesuatu yang membuat festival ini semakin seru.

Aya yang kebetulan mendapat giliran duduk di barisan belakang, diam-diam memperhatikan setiap pergerakan dan ekspresi Mika. Setelah Tasya resmi keluar dari Jayatri, tak banyak hal yang terjadi. Ia kira setelah pihak Davin mengetahui siapa anggota rahasia Golden Jayatri yang kedua kubu cari selama ini, akan ada hal besar yang akan terjadi setelahnya. Nyatanya tak ada apapun, semua berjalan seperti biasa hingga rasanya situasi di antara 10 peringkat ini bagai sebuah tenang sebelum badai.

Sekarang ia bisa melihat jelas bagaimana Mika memperhatikan Farhan yang sedang mengumumkan soal festival dengan penuh minat. Bahkan beberapa kali ia dengan luwes bercanda dengan teman sekelasnya yang lain perihal festival yang akan datang. Tak lagi bersikap awas dan memberi jarak seperti di awal-awal ia mengetahui tentang Jayatri dan segala peringkatnya.

“Oke, untuk beberapa lomba di hari pertama sudah ditentukan ya siapa orangnya. Tinggal siapa yang akan melakukan lomba marathon berpasangan sama run challenge.” Farhan kembali menatap seisi kelas dengan senyum lebar, setelah menuliskan beberapa nama yang secara sukarela berpartisipasi dalam beberapa cabang perlombaan. “Ada yang mau mengajukan diri lagi?”

“Han, gue mau nanya dong.”

Dari sudut kelas, Satria yang telah mengajukan diri di cabang tarik tambang mengangkat tangan. Membuat atensi satu kelas tertuju kepada pemuda berbadan besar itu. “Itu marathon berpasangan mekanismenya bagaimana ya?”

“Jadi nanti di awal kita bakal ngelakuin lari 3 kaki gitu, alias salah satu kaki dari setiap pemain akan diikat menjadi satu. Lalu nanti, setelah berhasil menjawab kuis di pertengahan jalur diganti menjadi lari dengan pemain laki-laki menggendong pemain perempuan yang akan melempar bola air ke tim lawan. Siapapun yang berhasil mencapai finish dengan cepat dan tidak terkena bola air yang akan menjadi pemenangnya,” jelas Farhan setelah melihat sekilas pamflet festival yang baru saja dibagikan OSIS tadi pagi ke setiap kelas.

“Lo sama Mika aja gimana?”

Entah siapa yang mengusulkan, namun itu cukup untuk membuat seisi kelas langsung berseru setuju. Tak memberi kesempatan kepada Farhan maupun Mika untuk memberi argumen menolak atau apapun itu. Seisi kelas sudah terlalu antusias menjabarkan mengapa keduanya cocok untuk mengikuti cabang perlombaan itu. Mulai dari tinggi mereka yang tidak berbeda jauh, keduanya yang sama-sama berlari cepat saat penilaian lari minggu lalu hingga ke tahap memuji Mika sebagai satu-satunya perempuan di kelas yang staminanya mampu mengimbangi sosok Farhan.

“Mika lo keberatan nggak?”

Dari tempatnya, Aya mencoba menilai ekspresi Mika yang tak berubah banyak. Gadis itu hanya sekilas merasa tersipu kala seisi kelas mendadak memuji staminanya hanya karena penilaian olahraga yang dilakukan minggu lalu, menjadikan ia dan Farhan sebagai peraih poin tertinggi pada penilaian saat itu. Ia kira, Mika akan menolak mentah-mentah gagasan teman sekelasnya. Bagaimanapun, selain anggota 10 peringkat tak ada yang mengetahui ketegangan yang terjadi di antara mereka. Namun, perkiraannya salah kala Mika mengacungkan jempol sebagai tanda bahwa ia tak keberatan.

Lihat selengkapnya