Humairahku dan Ranah Minang

Oleh: Salfia afriadi

Blurb

Perkenalkan namanya Andini Pratama Harjum, biasa orang-orang dekatnya memanggil namanya dengan panggilan Dini. Dini merupakan anak 3 dari 4 bersaudara, harusnya sekarang Dini lima saudara kandung andai saja waktu itu ibunya tidak mengalami keguguran. Tidak ada sebab apa-apa kejadian malang itu terjadi, tapi orang-orang di kampung di sini percaya dengan yanng namanya kata "Tasapo" atau di sapa makhluk halus karena berpergian di daerah yang rimbun atau keluar di waktu senja.
Dini lahir di Ranah Minang, asli memegang suku Piliang dari keturunan ibunya. Minang kabau suku turun menurut ibunya atau istilahnya di sebut sebagai Materilinial. Anak mengikuti suku yang di bawa oleh ibunya. Suku di sini bisa juga di artikan sebagai satu keluarga, atau kelompok. Jika ada orang yang punya suku yang sama itu artinya ada jalan "sapasusuan" atau satu aliran. Itu alasannya kenapa di Ranah Minang di larang nikah kalau pasangan itu sesuku karena di anggap masih satu saudara.
Ranah Minang itu unik, dan Dini beruntung bisa lahir sebagai wanita di Ranah Minang. Sejak beranjak dewasa, bukan tanpa alasan kenapa Dini memilih untuk memilih jodoh lewat orang tuanya. karena yakin pilihan orang tua tidak akan pernah sia-sia.
Hingga akhirnya, pilihan dari orang tua pun tiba. Sekarang waktunya Dini mulai memilih jalan hidupnya melalui tangan orang tuanya. 5 calon laki-laki yang dihadapkan oleh orang tuanya, dengan syarat dari orang tuanya, bahwa laki-laki yang dipilih harus sudah punya pegangan keungan yang lebih baik. Sedangkan prinsip Dini, bukan soal harta dalam mencari jodoh, tapi bagimana jodoh bisa membawanya ke jalan syurga. Tapi tidak dengan orang tuanya.
"Dini, baiknya kamu memilih pilihan ibu yang pertama, biar duda dengan 2 anak. Tapi hidupnya sudah menjamin untuk masa depan kamu?" Ibunya memberikan pilihan sebelum Dini sempat memilih pasangan hidupnya.
"Tapi, Bu. Dini mencari pasangan hidup bukan karna hartanya. Belum tentu Dini bisa bahagia dengan jodoh orang kaya."
"Setidaknya kamu tidak perlu hidup susah lagi kalau sudah hidup denganya, Dini."
"Tapi, Bu. Usianya sudah menginjak 50 tahun. Jauh sekali jarak umurnya dari, Dini."
"Bukankah kemaren Dini bilang akan nurut semua pilihan ibu, tapi kenapa sekarang malah menolak? Kamu jangan plim plan begini, ibu sudah susah-susah mencarika jodoh buat kamu. Tapi kamu menolak seperti ini, Ibu tidak suka." Nada suara wanita itu mulai meninggi.
Dini terdiam, antara merasa berrsalah dan dosa karna telah membatah pilihan orang tuanya, bulir bening yanng biasanya mampu ia tahan, sekaranng jatuh tanpa aba-aba membasahi pipi lembutnya.
‘Sedurhakah inikah aku jika harus membatah pilihan orang tuaku?"

Lihat selengkapnya