HUMAN EYESIGHT

Safina Tri Maharani
Chapter #2

Athasyia Maharani

Disini tempatnya, rooftop rumah sakit. Athasyia Maharani. Yang hanya bisa merasakan sentuhan angin menyapu wajahnya, mendengarkan riuhnya dedaunan tanpa bisa melihat, mendefinisikan indahnya dunia tanpa tau dunia yang sebenarnya.

Meskipun dunianya gelap, tapi syia berharap. Suatu saat ada seseorang yang memberikan warna pada hidupnya, meskipun nihil. Dan menggoreskan suatu kisah di lembaran kosong putih miliknya.

"I-N-I-P-U-N A-K-A-N B-E-R-L-A-L-U" syia yang masih berusaha meraba BRAILLE-nya agar ia tetap bisa membaca dongeng, karna itulah kesukaannya.

Tiba-tiba saja BRAILLE syia jatuh karna tertiup angin. Syia berusaha bangkit dari duduknya, dan mereba sekitar untuk mencari BRAILLE nya. Namun tiba-tiba tangan Syia menyentuh sepatu seseorang.

"Maaf, saya tidak melihat. Sepatunya gak sengaja kepegang," Syia berusaha meminta maaf pada orang yang mungkin sedang berada di hadapannya.

"Tidak apa-apa. Maaf sebelumnya, kamu Tunanetra?" Tanya orang itu dengan sopan.

"Iya,"

"Oh. Kamu cari apa?" Mungkin orang ini adalah pria, karna suaranya terdengar bulat dan berat.

"Cari BRAILLE saya, kayaknya tadi jatuh," Syia sekarang takut, karna ia tidak tahu siapa yang ada di hadapannya.

"Ini BRAILLE kamu?" Pria itu memberikan BRAILLE nya kepada Syia.

Syia berusaha meraba namanya, "ia betul ini punya saya, terimakasih".

"Nama saya Andre Holmer, bisa kamu panggil Andre. Kamu Athasyia kan?" Syia bingung, darimana pria ini tau namanya?

"Maaf, kamu tau nama saya dari mana?" Tanya Syia dengan bingung.

"Saya dari Fakultas Kedokteran, sedang bantu-bantu disini. Saya sempat mempelajari membaca huruf BRAILLE," Andre menjawab untuk memecahkan penasaran Syia.

"Panggil aja saya Syia."

"Kalau boleh tau, kamu ngapain disini?" Tanya Andre.

"Aku udah biasa ke rumah sakit, buat terapi, juga belajar," jawab Syia.

"Kamu setiap hari disini?" Tanya Andre.

"Kadang-kadang, gimana jadwal," jawab Syia dengan santai

"Kamu sendiri?" Tanya Syia.

"Saya sudah seminggu bantu-bangu disini," jawab Andre.

"Oh."

"Kalau kamu mau, saya bisa membantu ngajarin kamu. Karna saya juga pernah belajar dalam urusan seperti ini" tawar Andre.

"Maaf, tapi aku gak mau ngerepotin. Kamu pasti sibuk kan?"

"Enggak. Malah saya senang, karna saya juga bisa mengembangkan kemampuan saya" ujar Andre.

"Kalau kamu gak sibuk boleh,"

"Kamu punya nomor telepon?"

"Ada."

Lihat selengkapnya